Ketika aku berkelana dengan
saudaraku Ashim (Ashim (penjaga) adalah fakultas spekulatif, yang hanya
dimiliki oleh jiwa, bukan raga. Ini didasarkan atas fakta bahwa ‘ashim adalah
yang menjaga agar tidak masuk ke tempat yang berbahaya dan agar tak terjatuh dalam
kesalahan) dari Wilayah Transoxania (Dunia halus), ke negeri barat (dunia
materi (hayula) yang hubungannya dengan dunia halus adalah suatu penyelubungan
kegelapan), untuk memburu segerombolan burung di pantai Laut Hijau (Laut Hijau
adalah hal alam kasat indera, dimana kita pergi mendapatkan pengetahuan tentang
hal-hal yang kasat indera dan memahami kesempurnaan kita sendiri, serta
melangkah dari sana menuju akal kebiasaan (‘aqli malakat) dan dari akal
kebiasaan menuju akal yang bermanfaat (‘aqli-mustafad), tiba-tiba kami sampai
di sebuah kota “yang penduduknya jahat” (QS.4:75), yaitu kota Kairouan
(Kairouan adalah dunia ini. Yang dimaksudkannya dengan si jahat adalah
orang-orang dunia ini, dunia pertentangan, karena pertentangan tidak akan
timbul tanpa adanya peperangan, dan peperangan tidak akan timbul tanpa adanya
kejahatan).
Ketika orang tau kami tiba-tiba
mendatangi mereka, kami sebagai putra-putra dari orang yang dikenal sebagai
Al-Hadi ibn Al-Khayr Al-Yamani (Al-Hadi (pemandu) adalah asal pertama, dengan
Al-khayr (yang baik) adalah akal universal, sebab keduanya ini merupakan sarana
bagi petunjuk dan kebaikan), mereka mengelilingi kami dan menahan kami dengan
belenggu besi (Belenggu dan ikatan itu dalah tubuh) dan memenjarakan kami di
dasar sebuah lubang yang dalamnya tak terukur (lubang adalah dunia yang gelap
ini). Di atas ‘sumur yang tak digunakan’ini,(QS.22.45) yang dibangun karena
kedatangan kami, sebuah ‘istana yang tinggi’ (QS.22.45) yang memiliki banyak
menara. (istana yang tinggi adalah jiwa-jiwa yang diciptakan sebelum
benda-benda (angkasa) dan orbit-orbit. Menara adalah sfera langit).
Selanjutnya kami diberitahu, ‘Kalian
boleh naik ke istana itu pada malam hari, tetapi menjelang pagi kalian harus
masuk kembali ke “dasar lubang” itu. (pada malam hari kita dapat naik ke dunia
Halus melalui mimpi, dan melihat bentuk-bentuk dari hal-hal yang dapat
dimengerti. Karena indera-indera mati pada waktu tidur dan tiak ikut campur,
maka kita menjadi mudah menerima. Tetapi pada siang hari, ketika terjaga, kita
tidak mungkin berpikir akan melakukan hal semacam itu, dikarenakan campur
tanagan indera; maksudnya, dalam keadaan mati, kita dapat mencapai dunianya
hal-hal yang dapat dimengerti, sedangkan tidur adalah kematian yang kedua,
sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran : Allah mencabut jiwa setiap orang pada
sat kematiannya, dan membungkam jiwa orang yang belum mati pada waktu
tidurnya,” (QS. 39:42).
Di dasar lubang itu ada
“berlapis-lapis kegelapan. (QS.12:10 :lubang itu adalah tempat Yusuf dibuang
oleh abang-abangnya yang iri). Ketika kami menjulurkan tangan, kami hampir saja
tidak dapat melihatnya. (variasi QS.24:40), Tetapi, pada malam hari kami naik
ke istana itu dan melihat kekosongan, dengan jalan mengintip lewat sebuah
jendela kecil. Kadang-kadang burung-burung merpati mendatangi kami dari
singgasana Yaman yang indah untuk menceritakan kepada kami tentang keadaan
tempat tinggal Sang Tercinta.
Kadang-kadang cahaya kilat Yaman
mengunjungi kami, berkedip dari timur, di sisi kanan, (QS.19:52, 20:80) dan memberitahukan
tentang jalan-jalan raya di Nejd; dan hembusan angin yang beraroma arak (Arak
adalah sebuah pohon yang akarnya pahit. Cabang-cabangnya yang wangi digunakan
untuk pasta gigi) membuat kami semakin ekstatis, (Dia mengemukakan semua ini
dengan gaya Arab, sebab mereka menyinggung-nyinggung sang tercita dengan
jejak-jejak lokasi tenda, angind dan harum bunga. Yang dimaksudkannya adalah
bahwa pada wakttu tidur kita dapat melihat hal-hal yang bersifat spiritual dan
bentuk-bentuk yang dapat dimengerti yang ada di dunia ruh, sebab indera telah
mati). Maka kami jadi merana merindukan tanah air kami. (Yaitu, kita pun
berasal dari dunia itu).
Demikianlah keadaan kami, naik pada
malam hari, dan turun pada pagi hari, ketika kami melihat burung hoope (Burung
hoope adalah fakultas inspirasi (ilham)), masuk melalui jendela kecil dan
menyampaikan salam pada malam hari di saat bulan purnama. (yang dimaksud malam
bulan purnama adalah bahwa kita terbebas dari kotoran alam (nature) dn asap
yang merusak). Di paruhnya ada sepucuk surat yang dikirmkan dari ‘sisi’ kanan
lembah ((Dunia halus disebutnya berada di sebelah kanan lembah. Di manapun
(kata-kata) “kanan” (yamin) dan “kebahagiaan” (Yumn) dikemukakan, inilah yang
mereka maksudka. Dunia yang lebih rendah
disebutnya yang “kiri”) di padang yang diberkahi, dari pohon. (QS.28”30).
Dia berkata kepada kami, “Aku akan
membebaskan kalian”. Aku datang dari Syeba dengan membawa kabar, (Dari syeba
dengan membawa berita, yaitu dari keraguan ke pengetahuann yang pasti), dan
kabar itu dijelaskan dalam surat ini dari ayah kalian.
Kami membaca surat itu, yang isinya
: “Dari Al-Hadi ayah kalian, dan :Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi
Penyayang.” (QS.27:30, pembukaan surat Raja Sulaiman yang dikirmkan oleh burung
hoope kepada Ratu Syeba), kami telah (berusaha) membuat kaliam merindukan
(kami), tetapi kalian tidak merindu. Kami telah memanggil kalian, tetapi kalian
tidak datang. Kami telah menunjuk jalan pada kalian, tetapi kalian tidak
mengerti.’ Dan dia menunjukku dalam suratnya, ‘Jika kamu ingin dibebaskan
bersama saudaramu, (Saudaramu adalah akal spekulatif, pemandu (‘ashim)),
segeralah pergi.
Berpeganglah pada tali kami, yaitu
ekor naga (Ekor naga, (jawzahr) adalah salah satu dari kedua titik bulan, pada
waktu terjadi gerhana) dari dunia suci yang menguasai wilayah-wilayah gerhana
bulan. (Alam gerhana adalah dunia praktik kezuhudan). Jika kamu sampai di
lembah semut (lembah semut adalah sifat irihati – Lembah semut berasal dari
pertemuan Sulaiman dengan ratu semut, liat QS. 27.186) goyangkan bajumu (yaitu
sibakan rintangan dari bajumu) dan katakan, “Terpujilah Tuhan yang telah
memberikan kehidupan padaku setelah membuatku mati!” dan “di tangan-Nyalah
kebangkitan itu”. (QS.67.15). Selanjutnya lenyapkanlah keluargamu dan bunuhlah
istrimu (istri adalah nafsu birahi), sebab “ “dia akan menjadi salah seorang
yang tertinggal di belakang” (kata-kata ini mengacu pada istri Luth QS.29:31)
dan 15:60). Pergilah ke mana pun kami diperintahkan, “sebab sisa terakhir dari
orang-orang itu akan ditinggalkan pada pagi hari” (Kata-kata itu mengacu pada
umat Luth, para penduduk Sodom dan Gomorrah QS 15:66). Naiklah ke kapal dan
katakan “Bismillah” ketika ia bergerak maju dan ketika ia berhenti” (Kata-kata
yang diucapkan Nuh ketika melayarkan kapalnya, QS.11:41).
Dia menjelaskan di dalam surat itu
segala sesuatu yang akan terjadi di perjalanan. Kemudian si burung hoope
(ilham) pergi. Matahari sudah berada di atas kepala kami ketika kami mencapai
ujung kegelapan (“Matahari berada di atas kepala kami” berarti bahwa kehidupan menjadi ciut, dan
formanya berubah ketika kita mencapai tepian bayang-bayang, yaitu materi yang
akan dilepaskan dari forma. Sebagai bukti bahwa yang dimaksudkannya dengan
“matahari” dan “bayang-bayan” adalah materi dan forma, bandingkan dengan
(QS.25:45) : Tidakkah engkau perhatikan kekuasaan Tuhanmu, bagaimana Dia
memperpanjang atau memperpendek bayang-bayang yang ditimbulkan matahari? Jika
Dia mau, niscaya dijadikan-Nya bayang-bayang itu mantap.
Kemudian Kami jadikan matahari sebagai
bukti, sumber penyebab bayang-bayang itu. Kemudian kami lenyapkan bayang-bayang
itu perlahan-lahan dengan menampilkan sinar matahari, yaitu jika matahari tidak
tampak, jika forma tidak mewujud, maka bayang-bayang ini, atau materi, tidak
akan memiliki kedudukan mental eksisstensi, yaitu ia akan menjadi benda yang
non-eksistensi). Kami menaiki kapal, dan kapal berlayar ‘di antara gelombang
setinggi gunung, ((QS. 11.42), dan kami ingin pergi ke Gunung Sinai untuk
mengunjungi pertapaan ayah kami. Gelombang memishakan aku dari anakku, (Putra
adalah jiwa hewani (ruh-i hayawani) yang tenggelam), dan ‘ anakku menjadi salah
seorang yang tenggelam. (QS.11:43) tentang seorang pemuda yang kadang-kadang ditafsirkan
sebagai putra Nuh).
Aku menyadari bahwa ‘ ramalan orang-orangku
akan dihukum, akan menjadi nyata di pagi hari. Tidakkah pagi sudah dekat,
((QS.11:81) lagi-lagi tentang umat Luth; Pagi-pagi sudah dekat adalah penyatuan
dengan jiwa khusus dan universsal). Aku juga menyadari bahwa ‘kota yang
dipenuhi kejahatan-kejahatan kotor (kota adalah mikrokosmos; (QS.21:74, tentang
Sodom dan Gomorrah), itu akan dibuat jungkir balik (QS.11:82) dan bebatuan dari
lempung yang dibakar ((QS.11:82), akan ditumpahkan ke arahnya. (penyakit, wabah
dan hal-hal yang dibenci dari fakultas-fakultas yang jahat seperti sifat
sombong, tamak dan iri hati).
Ketika kami mencapai tempat di mana
gelombang-gelombang itu beradu dan air bergulung-gulung, aku menarik inang
penyusu yang telah menyusuiku, dan melemparkannya ke laut. (Yiatu ketika kita
sampai kesebuah tempat, dimana gelombang bergolak aku meneggelamkan jiwa
bersamaku (ruh i thabi’i) yaitu aku melampauinya juga).
Karena kami sedang berlayar dengan
sebuah kapal ‘yang terdiri atas papan dan paku’, (yaitu kita masih bersama
tubuh kita ; QS.54:13), kami membuka paksa kapal itu (bandingkan dengan
QS.18:71, kisah tentang Khdir dan Musa) karena takut seorang raja (Sang Raja
adalah Malaikat kematian), di belakang kami akan mengambil setiap kapal dengan
kekerasan ((QS.18:79) dari penjelasan
Khidir tentang alasannya mesukap kapal).
Lalu bahtera kami yang penuh muatan
itu membawa kami ke Pulau Gog dan Magog di sebelah kiri Gunung Judi. (yaitu
dalam keadaan ini, pemikiran-pemikiran yang merusak dan kecintaan akan dunia
berkecamuk dalam khayalan; Gunung Judi, Gunung dimana kapal Nuh berlabuh
(QS.11.44) padanan Islami untuk ararat). Di situ ada bersamaku Jin (Jin adalah
fakultas khayalan-khayalan dan pikiran), yang bekerja untuk ku.dan aku berkuasa
atas sebuah sumur yang berisi kuningan yang meleleh. (kearifan/hikmah). Aku
berkata kepada jin itu, “Tiuplah sampai ia menjadi seperti api (QS.18:96; kata
Dzul Qarnayn kepada jin yang sedang membangun bendungan untuk mencegah masuknya
Gog dan Magog). Kemudian aku membuat sebuah bendungan agar aku terpisah dri
mereka. Dan “perhitungan Tuhan itu benar” (QS.18”98, kata Dzul Qarnayn yang
meramalkan janji Tuhan untuk emnghancurkan bendungan itu menjadi debu).
Aku
berkelana di wilayah itu. Di jalan aku melihat tengkorak Ad dan Tsamud,
(tengkorak menggambarkan nila kerendahan dunia ini), hampir di atas tahta
mereka ((QS.22:45).
Aku mengambil “dua tunggangan”
(Kedua tunggangan itu adalah jiwa yang cenderung (pada kejahatan) (QS.12:53)
dan jiwa yang menyalahkan dirinya sendiri (QS.75:2) bersama dengan motivasi dan
seleranya. Keduanya bisa dianggap berasal dari fakultas estimatif (wham) dan
imajinasi retentif (khayal), (Kata tsaqalayn (QS.55:31) biasanya ditafsirkan
sebagai umat manusia dan jin), Bersama dunianya dan menempatkan mereka, bersama
dengan jin, ke dalam botol bulat kecil (botol kecil, adalah otak, sumber jiwa
manusia (ruh-nafsani) yang pertumbuhannya berasal dari ego (man)), yang telah
ku buat yang di atasnya ada garis-garis seperti lingkaran (Garis-garis adalah
urat-urat dan rongga-rongga, yang menyerupai lingkaran).
Aku memotong sungai-sungai (yaitu
fakultas gerak, yang berada di dalam otak (dan bekerja) melalui pembuluh darah,
selaput dan otot), dari hati langit (langit adalah kepala), dan ketika airnya
diputuskan dari penggilingan, bangunannya hancur berkeping-keping dan
menghilang di udara yang tipis (yaitu aku telah meninggalkan jiwa manusiawi).
Lalu aku meleparkan dunianya dunia ke langit, sampai matahari, bulan, serta
bintang-bintang hancur (Yaitu, jiwa yang cenderung pada kejahatan, jiwa alamiah
dan jiwa manusiawi, dibuat seperti fakultas-fakultas lainnya, yang tinggal
hanya fakultas-fakultas tertentu, seperti fakultas praktis dan spekulatif).
Selanjutnya aku diselamatkan dari
empat belas peti mati dan sepuluh kuburan (14 peti mati adalah 14 fakultas, 10
kuburan adalah indera eksternal dan internal. Yang 14 itu dapat dikemukakan
sebagai berikut : atraktif, retentif, digetif, ekspulsif, nutritif, generatif,
mormatif, augmentatif, pemberang dan nafsu birahi, dan empat humour (panas,
dingin, kering, basah), dari sini muncul bayangan Tuhan untuk mensucikan aku,
“suatu hal yang mudah” ((QS.25:46), setelah membuat “atahari terbit”
((qs.25:47).
Aku
menemukan jalan Tuhan, dan menyadari bahwa “inilah jalanku” ((QS.6 : 154).
Saudara perempuan (Saudara perempuan
adalah materi benda-benda dunia yang tetap berada di dunia yang gelap, yang
dapat dipisahkan dari forma, yang dianggapnya sebagia penyebab demam dan mimpi
buruk, yaitu jangka waktu ketika tidak dipisahkan. Maksudnya, aku pun telah
meninggalkan materi dunia ini), dan keluargaku mengidap “penderitaan yang
sangat berat sebagai hukuman dari Tuhan” (QS.12.107), di malam hari, dan dia
menghabiskan sebagian malam itu dalam kegelapan; dia mengalami demam dan mimpi
buruk, sehingga dia merasakan sakit kepala yang hebat.
Aku melihat sebuah lampu (Lampu
adalah akal aktif, yang mengelola dunia ini. Ia disebut aktif karena banyak
tindakan yang lahir darinya, tidak seperti akal langit, yang melahirkan hanya
satu tindakan), yang berisi minyak (Minyak yang dihasilkan darinya adalah
kekuatan penghidupan benda-benda jasmaniah, yang merupakan kerajaan). Lampu itu
memancarkan cahaya ke seluruh bagian rummah. Ia menerangi ceruk, dan
penghuninya disinari cahaya matahari (Kosa kata diambil dari QS.24:35).
Aku meletakkan lampu itu di mulut
seekor naga (Yaitu aku melepaskan akal aktiff, yang mengelola dunia ini, atas
unsur-unsur dunia ini. Bukti untuk ini adalah bahwa dia mengatakan “tinggal” :
meskipun unsur-unsur dunia ini berputar, mereka tidak memiliki bentuk melingkar
(melainkan tetap/tidak bergerak), yang berada di dalam menara kincir air
(Menera kincir air adalah langit yang berputar seperti roda; Dalam astronimo
kincir air itu adalah Aquarius), yang di bawahnya terbentang laut Clysma (Laut
Clysma adalah perairan di bawah langit), dan di atasnya ada bintang-bintang,
dan asal usul cahayanya hanya diketahui oleh Sang Pencipta dan mereka “yang
mendalam pengetahuannya” ((QS.3.57). Aku melihat singa (Singa adalah tanda
zodiak Leo), dan banteng (Banteng adalah tanda zodiak Taurus, simbol kesejahteraan,
yang mencerminkan motif artistis Iran tradisional darogir, singa dan banteng
yang terlibat dalam pertempuran), telah lenyap (Meskipun nama-nama yang
terpisah tetap ada, yang dimaksudkannya adalah bahwa dia telah mencapai dunia
ketunggalan (‘alam-i mufradat), di mana karena segala sessuatu memiliki satu
sifat (nature), maka di situ tidak ada pertikaian, seperti antara singa dan
banteng), dan busur (busur adalah tanda zodiak Sagitarius, si Pemanah), serta
kepiting (Canser), telah terlipat di dalam putaran sfera-sfera (yaitu, tidak
ada kejahatan, keduanya ini adalah ibarat untuk kejahatan). Timbangan (Zodiak
Libra) tetap seimbang ketika bintang Yaman (Bintang Yaman adalah Canopus
(suhayl), bintang yang sangat menonjol dalam adat dan penegetahuan timur
(estern lore), muncul (yang dimaksud adalah Jiwa Universal) dari balik awan
yang bergumpal-gumpal (yaitu akal dan jiwa dari balik bentuk) yang terdiri atas apa yang akan dipintal
laba-laba di sudut-sudut dunia elemental di alam kelhairan dan kehancuran.
Kami bersama domba (domba wekali
rasa takut ), domba itu kami tinggalkan di tengah belantara. Mereka dihancurkan
oleh gempa bumi, dan amukan api membakar mereka. Ketika jarak telah terlewati,
dan jalan-jalan telah dilalui, dan “keran telah di tuangkan” ( QS. 11.40, tanda
untuk awal banjir besar), aku melihat tubuh-tubuh suci. Aku bergabung dengan
mereka dan mendengar suara serta cara-cara mereka, yang aku pelajari untuk ku
nyanyikan, tetapi suara itu tidak enak di telingaku seolah-olah itu adalah
rantai yang sedang diseret melewati batu granit. Anggota tubuhku hampir
tercabik berkeping-keping, dan tulang-tulang sendiku hampir rontok akibat
kesenangan yang aku alami. Peristiwa itu terus berulang-ulang sampai awan-awan
bertebaran, dan selaput terkoyak (Yaitu selubung telah diangkat).
Aku meninggalkan gua dan
lubang-lubang besar itu, dan turun dari kamar-kamar, berjalan menuju mata air
kehidupan. Aku melihat batu besar di puncak bukit yang mirip gunung tinggi. Aku
bertanya pada ikan ((yaitu jiwa-jiwa tertentu yang telah mencapai tempat
tinggal mereka), yang berkumpul di dalam mata air kehidupan dan
bersenang-senang di bawah bayangan gunung yag menjulang tinggi, apakah tanjung
itu dan apakah batu besar itu.
Salah seekor ikan itu berenang ke
laut (yaitu dalam pengetahuna (ilm), menggali terowongan ((QS.18:61) suatu
rujukan kepada ikan kering yang menjadi hidup dan berenang ketika dijatuhkan
oleh pelayan Musa (Yusya) pada waktu mereka mencari “Pertemuan dua laut” di
mana mereka bertemu dengan “hamaba Tuhan Yang Saleh” yang ditafsirkan sebagai
Khidir di Mata Air Kehidupan). Ia berkata, “Itulah yang kami cari” (QS. 18:64;
kata-kata Musa kepada Yusya ketika diberitahu tentang hidupnya kembali ikan
itu), dan gunung itu adalah Gunung Sinai (yaitu sfera-sfera). Batu itu adalah
sel ayahmu (Sang Ayah adalah akal universal). Apakah ikan-ikan itu? Aku
bertanya. Ia menjawab, “Makhluk sejenismu : kalian adalah putra-putra dari satu
orang ayah. Mereka diwijudkan sebagaimmana kamu, jadi mereka adalah
saudara-saudaramu.”
Ketika aku mendengar dan ssadar, aku
memeluk mereka dan begirang hati karena mereka, dan mereka bergirang hati
karena aku. Aku menaiki gunung itu dan melihat ayah kami, seorang tua (jiwa
universal), yang berkat kecemerlangan cahayanya, langit dan bumi hampir terkuatk.
Aku bingung dan takjub karenanya. Aku berjalan ke arahnya. Dia menyalami ku,
lalu aku menjatuhkan diri di hadapannya, dan hampir lenyap akibat pancaran
cahayanya.
Aku meratap sesaat dan mengeluh
padanya mengenai penjara Kairouan. Dia berkata padaku, “itu bagus. Kamu telah
bebas. Tetapi kamu harus kembali ke penjara barat, sebab kamu belum melepaskan
ikatan-ikatanmu seluruhnya” ((Yaitu kamu telah datang demi pemikiran (fikr) dan
inspirasi (ilham), tetapi masih ada sisa-sisa ikatan dalam dirimu ). Ketika aku
mendengarnya mengatakan ini, aku kehilangan akal, menangis dan mengerang
bagaikan orang yang melihat kehancurannya telah hadir di hadapan matanya. Aku
memohon padanya, tetapi ia berkata, “Adalah penting bagimu untuk kembali
sekarang, tetapi aku akan memberimu kabar yang menyenangkan tentang dua hal :
Pertama, jika kamu kembali ke penjara, kamu akan bisa mendatangi kami dan naik
ke surga kami dengan mudah kapan saja kamu kehendaki; Kedua : pada akhirnya
kamu akan dibawa ke hakadapan kami dengan meninggalkan negeri-negeri barat
untuk selama-lamanya”.
Aku senang sekali mendengar
perkataannya. Lalu dia berrkata padaku, “Ketahuilah, bahwa ini adalah Gunung
Sinai. Di atas ini adalah Gunung Sinin, di mana ayahku, kakekmu (Yaitu akal
universal dan asal usul (emanation). Dia tidak menikah sebagaimana yang
dikatakan orang bodoh, sebab mereka tidak memiliki hasrat badaniah dan tidak
rentan terhadap analisis sintesis), tinggal. Aku berlaku sebagai penghubungnya,
sebagaimana kamu berlaku sebagai penghubung ku (QS.28:88). Kita memiliki nenek
moyang lain, sampai garisnya sampai apda raja yang menjadi leluhur agung yang
tidak mempunyai ayah atau kakek. Kita semua adalah hamba-hambanya. Kita
mengambil cahaya darinya, dan merupakan tiruannya. Dia adalah kemuliaan yang
terbesar, milik-Nya lah kemuliaan yang tertinggi dan cahaya yang terkuat. Dia
berada di atas terejawantahkan dalam segala sesuatu, dan “segala seuatu musnah
kecuali wajah-Nya” ((QS.28:88).
Aku tengah asyik mendengarkan kisah
ini ketika keadaanku berubah, lalu aku jatuh dari udara ke sebuah tempat yang
rendah di antara orang-orang yang tidak percaya. Aku menjadi narapidana di
wilayah barat. Tetapi di dalam diriku tersimpan kesenangan yang tidak dapat aku
jelaskan. Aku mengerang dan merapat penuh penyesalan karena terpisahkan, dan
kenyamanan itu hanyalah impian yang cepat berlalu.
Semoga Tuhan menyelamatkan kami dari
cengkeraman alam (nature) dan ikatan-ikatan materi. Katakanlah, “Puji syukur
hanya kepada Tuhan! Dia akan menunjukan padamu tanda-tanda-Nya, dan kamu akan
mengenali tanda-tanda itu; dan Tuhanmu tidak lalai akan apa yang kamu lakukan
(QS.27:93). Dan katakan “Terpujilah Tuhan! Tetapi sebagian besar dari mereka
tidak mengerti” (QS.31:25). Shalawat dan salam tertuju kepada Nabi-Nya dan
seluruh keluarganya.
Dikutip dari buku karya Ahmadie Thaha "Ibn Thufayl, Hayy Ibn Yaqzan (anak alam mencari Tuhan)" Pustaka Firdaus.