BIOGRAFI GEORGIAS
Gorgias lahir di Leontinoi, Sisilia sekitar tahun 483 SM. Dia meninggal pada tahun 375 SM pada usia yang ke 108 tahun. Dia adalah murid Empedokles, kemudian dipengaruhi oleh dialektika Zeno. Ia mengalami sukses besar di kota Athena. Kesuksesan karirnya disebabkan karena dia sebagai orator yang sangat luar biasa. Dia memiliki lidah yang fasih dan kemampuan berpidato yang hebat.
Awal karir Gorgias sebagai filusuf ketika mempunyai pemikiran tentang asal muasal sesuatu yang awalnya adalah tidak ada. Karena hasil pemikirannya inilah akhirnya dia mulai dikenal banyak orang. Karir Gorgias bertambah cemerlang ketika dia pindah ke kota. Dari sisilia berpindah ke kota-kota besar di Yunani terutama di pusat kota yaitu Athena. Ia datang ke Athena awalnya sebagai duta untuk meminta pertolongan melawan kota Syrakusa Pada tahun 427 SM.
Di kota, Gorgias menjadi ahli pidato atau orator. Dia mempunyai gaya berpidato yang khas yang berbeda dengan orator-orator yang lain. Gaya bahasa yang digunakan bersifat persuasif. Dia juga tidak kaku dalam menyampaikan pidatonya. Terkadang dia juga menyisipkan humor untuk menarik perhatian. Hal inilah yang menjadikan karir Gorgias semakin cemerlang. Dia semakin dikenal banyak orang. Bahkan dia memiliki beberapa orang murid.
Sebagai filusuf terkenal Gorgias juga dikritik oleh beberapa filusuf yang tidak sefaham dengannya seperti Plato dan Sokrates. Mereka tidak setuju dengan apa yang disampaikan Gorgias dalam pidato-pidato yang disampaikannya.
PEMIKIRAN
Jalan berfikir Gorgias berbeda dengan filusuf yang lain pada saat itu. Dia menulis dalam sebuah buku yang berjudul Tentang yang Tidak Ada atau Tentang Alam. Dalam buku ini ia mempertahankan tiga pendirian yaitu tidak ada sesuatu pun; Seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal; Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Pemikiran Gorgias tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tidak ada sesuatu pun. Maksudnya ialah bahwa realitas itu tidak ada. Realitas itu terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta sehingga menurut Gorgias pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas.
Seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal. Pengindraan adalah sumber ilusi. Menurut Gorgias akal tidak akan mampu meyakinkan kita tentang dari apa alam semesta ini terbentuk, karena kita terbelenggu oleh dilema subyektif. Jalan berpikir kita yang disandarkan pada kemauan dan ide tidak akan menghasilkan kebenaran jika dihadapkan pada fenomena disekitar kita.
Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Ia memperlihatkan kakurangan bahasa untuk mengkomunikasikan pengetahuan. Bahwa kata-kata tidak mempunyai pengertian absolut, kata-kata hanya mempunyai pengetian relatif.
Untuk memahami makna sesungguhnya dari pemikiran Gorgias tersebut secara pasti tidaklah mudah, bisa jadi memang hal itu sesuai dengan arti sebenarnya dari kata-kata tersebut atau hal itu hanya merupakan sebuah sindiran bagi para filusuf sebelumnya mengenai metode berargumentasi yang dipakai mazhab Elea dengan memperlihatkan bahwa cara berargumentasi mereka dapat diteruskan hingga menjadi mustahil.
Gorgias adalah penganut aliran sofisme. Kaum Sofis memiliki beberapa ajaran pokok yaitu: Manusia menjadi ukuran segala-galanya, Kebenaran umum (mutlak) tidak ada, Kebenaran hanya berlaku sementara, Kebenaran tidak terdapat pada diri sendiri. Aliran sofisme melahirkan banyak orang terampil berpidato atau orator yang memberikan penghargaan lebih terhadap akal manusia. Akan tetapi ada juga segi negatifnya yaitu menjadikan orang tidak bertanggung jawab atas ucapan-ucapannya, sebab apa yang dikatakan hari ini berlainan dengan hari esoknya atau sudah tidak berlaku di keesokan harinya dengan dalih bahwa kebenaran hanyalah berlaku sementara. Dengan perjalanan seperti itu dunia pengetahuan menjadi tidak pasti dan terletak semata-mata ditangan orang-orang yang dengan kecakapannya berpidato yang bisa mempengaruhi masyarakat. Maka retorika yaitu kecakapan berpidato menjadi kunci kebenaran untuk membela suatu pendirian sehingga keyakinan terhadap kebenaran yang pasti, tidak akan tercapai.
Setelah berpindah ke kota Athena Gorgias beralih dari filsafat dan mulai mencurahkan perhatiannya kepada ilmu retorika. Ia berprofesi sebagai orator atau ahli berpidato. Dia mempunyai gaya berpidato yang khas yang berbeda dengan orator-orator yang lain. Gaya bahasa yang digunakan bersifat persuasif. Gorgias menganggap bahwa retorika sebagai seni untuk menyakinkan (“the art of persuasion”). Dia tidak hanya mengemukakan alasan-alasan yang diarahkan kepada akal budi, tetapai juga menyentuh pada perasaan. Dia lebih memilih untuk menggunakan etos (etika, atau argumen dari karakter) dan logo, sebagai alat persuasi, sehingga gaya bahasa yang digunakan menarik dan bisa diterima.
Gorgias sangat ahli berpidato sehingga ia sebagai orator karena lidahnya sangat fasih berpidato. Dia mempunya gaya yang berbeda dari orator-orator yang lain yang terkesan kaku dan serius. Gorgias menggunakan bahasa yang persuasif dan disisipi juga dengan humoris untuk menarik perhatian. Dia juga mampu berpidato tanpa persiapan sekalipun yang menandakan dia adalah orang yang tahu akan segala hal. Namun banyak yang mengkritik terhadap orasi-orasi gorgias diantaranya adalah plato dan aristoteles. Mereka mennyatakan bahwa pidato gorgias telah terlepas dari hakikat filsafat.
Gorgias lahir di Leontinoi, Sisilia sekitar tahun 483 SM. Dia meninggal pada tahun 375 SM pada usia yang ke 108 tahun. Dia adalah murid Empedokles, kemudian dipengaruhi oleh dialektika Zeno. Ia mengalami sukses besar di kota Athena. Kesuksesan karirnya disebabkan karena dia sebagai orator yang sangat luar biasa. Dia memiliki lidah yang fasih dan kemampuan berpidato yang hebat.
Awal karir Gorgias sebagai filusuf ketika mempunyai pemikiran tentang asal muasal sesuatu yang awalnya adalah tidak ada. Karena hasil pemikirannya inilah akhirnya dia mulai dikenal banyak orang. Karir Gorgias bertambah cemerlang ketika dia pindah ke kota. Dari sisilia berpindah ke kota-kota besar di Yunani terutama di pusat kota yaitu Athena. Ia datang ke Athena awalnya sebagai duta untuk meminta pertolongan melawan kota Syrakusa Pada tahun 427 SM.
Di kota, Gorgias menjadi ahli pidato atau orator. Dia mempunyai gaya berpidato yang khas yang berbeda dengan orator-orator yang lain. Gaya bahasa yang digunakan bersifat persuasif. Dia juga tidak kaku dalam menyampaikan pidatonya. Terkadang dia juga menyisipkan humor untuk menarik perhatian. Hal inilah yang menjadikan karir Gorgias semakin cemerlang. Dia semakin dikenal banyak orang. Bahkan dia memiliki beberapa orang murid.
Sebagai filusuf terkenal Gorgias juga dikritik oleh beberapa filusuf yang tidak sefaham dengannya seperti Plato dan Sokrates. Mereka tidak setuju dengan apa yang disampaikan Gorgias dalam pidato-pidato yang disampaikannya.
PEMIKIRAN
Jalan berfikir Gorgias berbeda dengan filusuf yang lain pada saat itu. Dia menulis dalam sebuah buku yang berjudul Tentang yang Tidak Ada atau Tentang Alam. Dalam buku ini ia mempertahankan tiga pendirian yaitu tidak ada sesuatu pun; Seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal; Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Pemikiran Gorgias tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tidak ada sesuatu pun. Maksudnya ialah bahwa realitas itu tidak ada. Realitas itu terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta sehingga menurut Gorgias pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas.
Seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal. Pengindraan adalah sumber ilusi. Menurut Gorgias akal tidak akan mampu meyakinkan kita tentang dari apa alam semesta ini terbentuk, karena kita terbelenggu oleh dilema subyektif. Jalan berpikir kita yang disandarkan pada kemauan dan ide tidak akan menghasilkan kebenaran jika dihadapkan pada fenomena disekitar kita.
Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Ia memperlihatkan kakurangan bahasa untuk mengkomunikasikan pengetahuan. Bahwa kata-kata tidak mempunyai pengertian absolut, kata-kata hanya mempunyai pengetian relatif.
Untuk memahami makna sesungguhnya dari pemikiran Gorgias tersebut secara pasti tidaklah mudah, bisa jadi memang hal itu sesuai dengan arti sebenarnya dari kata-kata tersebut atau hal itu hanya merupakan sebuah sindiran bagi para filusuf sebelumnya mengenai metode berargumentasi yang dipakai mazhab Elea dengan memperlihatkan bahwa cara berargumentasi mereka dapat diteruskan hingga menjadi mustahil.
Gorgias adalah penganut aliran sofisme. Kaum Sofis memiliki beberapa ajaran pokok yaitu: Manusia menjadi ukuran segala-galanya, Kebenaran umum (mutlak) tidak ada, Kebenaran hanya berlaku sementara, Kebenaran tidak terdapat pada diri sendiri. Aliran sofisme melahirkan banyak orang terampil berpidato atau orator yang memberikan penghargaan lebih terhadap akal manusia. Akan tetapi ada juga segi negatifnya yaitu menjadikan orang tidak bertanggung jawab atas ucapan-ucapannya, sebab apa yang dikatakan hari ini berlainan dengan hari esoknya atau sudah tidak berlaku di keesokan harinya dengan dalih bahwa kebenaran hanyalah berlaku sementara. Dengan perjalanan seperti itu dunia pengetahuan menjadi tidak pasti dan terletak semata-mata ditangan orang-orang yang dengan kecakapannya berpidato yang bisa mempengaruhi masyarakat. Maka retorika yaitu kecakapan berpidato menjadi kunci kebenaran untuk membela suatu pendirian sehingga keyakinan terhadap kebenaran yang pasti, tidak akan tercapai.
Setelah berpindah ke kota Athena Gorgias beralih dari filsafat dan mulai mencurahkan perhatiannya kepada ilmu retorika. Ia berprofesi sebagai orator atau ahli berpidato. Dia mempunyai gaya berpidato yang khas yang berbeda dengan orator-orator yang lain. Gaya bahasa yang digunakan bersifat persuasif. Gorgias menganggap bahwa retorika sebagai seni untuk menyakinkan (“the art of persuasion”). Dia tidak hanya mengemukakan alasan-alasan yang diarahkan kepada akal budi, tetapai juga menyentuh pada perasaan. Dia lebih memilih untuk menggunakan etos (etika, atau argumen dari karakter) dan logo, sebagai alat persuasi, sehingga gaya bahasa yang digunakan menarik dan bisa diterima.
Gorgias sangat ahli berpidato sehingga ia sebagai orator karena lidahnya sangat fasih berpidato. Dia mempunya gaya yang berbeda dari orator-orator yang lain yang terkesan kaku dan serius. Gorgias menggunakan bahasa yang persuasif dan disisipi juga dengan humoris untuk menarik perhatian. Dia juga mampu berpidato tanpa persiapan sekalipun yang menandakan dia adalah orang yang tahu akan segala hal. Namun banyak yang mengkritik terhadap orasi-orasi gorgias diantaranya adalah plato dan aristoteles. Mereka mennyatakan bahwa pidato gorgias telah terlepas dari hakikat filsafat.