Sabtu, 04 Maret 2017

HAYY IBN YAQZAN (versi Ibn Sina)



     Ketika aku berkelana dengan saudaraku Ashim (Ashim (penjaga) adalah fakultas spekulatif, yang hanya dimiliki oleh jiwa, bukan raga. Ini didasarkan atas fakta bahwa ‘ashim adalah yang menjaga agar tidak masuk ke tempat yang berbahaya dan agar tak terjatuh dalam kesalahan) dari Wilayah Transoxania (Dunia halus), ke negeri barat (dunia materi (hayula) yang hubungannya dengan dunia halus adalah suatu penyelubungan kegelapan), untuk memburu segerombolan burung di pantai Laut Hijau (Laut Hijau adalah hal alam kasat indera, dimana kita pergi mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang kasat indera dan memahami kesempurnaan kita sendiri, serta melangkah dari sana menuju akal kebiasaan (‘aqli malakat) dan dari akal kebiasaan menuju akal yang bermanfaat (‘aqli-mustafad), tiba-tiba kami sampai di sebuah kota “yang penduduknya jahat” (QS.4:75), yaitu kota Kairouan (Kairouan adalah dunia ini. Yang dimaksudkannya dengan si jahat adalah orang-orang dunia ini, dunia pertentangan, karena pertentangan tidak akan timbul tanpa adanya peperangan, dan peperangan tidak akan timbul tanpa adanya kejahatan).
        Ketika orang tau kami tiba-tiba mendatangi mereka, kami sebagai putra-putra dari orang yang dikenal sebagai Al-Hadi ibn Al-Khayr Al-Yamani (Al-Hadi (pemandu) adalah asal pertama, dengan Al-khayr (yang baik) adalah akal universal, sebab keduanya ini merupakan sarana bagi petunjuk dan kebaikan), mereka mengelilingi kami dan menahan kami dengan belenggu besi (Belenggu dan ikatan itu dalah tubuh) dan memenjarakan kami di dasar sebuah lubang yang dalamnya tak terukur (lubang adalah dunia yang gelap ini). Di atas ‘sumur yang tak digunakan’ini,(QS.22.45) yang dibangun karena kedatangan kami, sebuah ‘istana yang tinggi’ (QS.22.45) yang memiliki banyak menara. (istana yang tinggi adalah jiwa-jiwa yang diciptakan sebelum benda-benda (angkasa) dan orbit-orbit. Menara adalah sfera langit).

            Selanjutnya kami diberitahu, ‘Kalian boleh naik ke istana itu pada malam hari, tetapi menjelang pagi kalian harus masuk kembali ke “dasar lubang” itu. (pada malam hari kita dapat naik ke dunia Halus melalui mimpi, dan melihat bentuk-bentuk dari hal-hal yang dapat dimengerti. Karena indera-indera mati pada waktu tidur dan tiak ikut campur, maka kita menjadi mudah menerima. Tetapi pada siang hari, ketika terjaga, kita tidak mungkin berpikir akan melakukan hal semacam itu, dikarenakan campur tanagan indera; maksudnya, dalam keadaan mati, kita dapat mencapai dunianya hal-hal yang dapat dimengerti, sedangkan tidur adalah kematian yang kedua, sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran : Allah mencabut jiwa setiap orang pada sat kematiannya, dan membungkam jiwa orang yang belum mati pada waktu tidurnya,” (QS. 39:42).
   
    Di dasar lubang itu ada “berlapis-lapis kegelapan. (QS.12:10 :lubang itu adalah tempat Yusuf dibuang oleh abang-abangnya yang iri). Ketika kami menjulurkan tangan, kami hampir saja tidak dapat melihatnya. (variasi QS.24:40), Tetapi, pada malam hari kami naik ke istana itu dan melihat kekosongan, dengan jalan mengintip lewat sebuah jendela kecil. Kadang-kadang burung-burung merpati mendatangi kami dari singgasana Yaman yang indah untuk menceritakan kepada kami tentang keadaan tempat tinggal Sang Tercinta.

   Kadang-kadang cahaya kilat Yaman mengunjungi kami, berkedip dari timur, di sisi kanan, (QS.19:52, 20:80) dan memberitahukan tentang jalan-jalan raya di Nejd; dan hembusan angin yang beraroma arak (Arak adalah sebuah pohon yang akarnya pahit. Cabang-cabangnya yang wangi digunakan untuk pasta gigi) membuat kami semakin ekstatis, (Dia mengemukakan semua ini dengan gaya Arab, sebab mereka menyinggung-nyinggung sang tercita dengan jejak-jejak lokasi tenda, angind dan harum bunga. Yang dimaksudkannya adalah bahwa pada wakttu tidur kita dapat melihat hal-hal yang bersifat spiritual dan bentuk-bentuk yang dapat dimengerti yang ada di dunia ruh, sebab indera telah mati). Maka kami jadi merana merindukan tanah air kami. (Yaitu, kita pun berasal dari dunia itu).
      
        Demikianlah keadaan kami, naik pada malam hari, dan turun pada pagi hari, ketika kami melihat burung hoope (Burung hoope adalah fakultas inspirasi (ilham)), masuk melalui jendela kecil dan menyampaikan salam pada malam hari di saat bulan purnama. (yang dimaksud malam bulan purnama adalah bahwa kita terbebas dari kotoran alam (nature) dn asap yang merusak). Di paruhnya ada sepucuk surat yang dikirmkan dari ‘sisi’ kanan lembah ((Dunia halus disebutnya berada di sebelah kanan lembah. Di manapun (kata-kata) “kanan” (yamin) dan “kebahagiaan” (Yumn) dikemukakan, inilah yang mereka maksudka.  Dunia yang lebih rendah disebutnya yang “kiri”) di padang yang diberkahi, dari pohon. (QS.28”30).

   Dia berkata kepada kami, “Aku akan membebaskan kalian”. Aku datang dari Syeba dengan membawa kabar, (Dari syeba dengan membawa berita, yaitu dari keraguan ke pengetahuann yang pasti), dan kabar itu dijelaskan dalam surat ini dari ayah kalian.
            Kami membaca surat itu, yang isinya : “Dari Al-Hadi ayah kalian, dan :Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang.” (QS.27:30, pembukaan surat Raja Sulaiman yang dikirmkan oleh burung hoope kepada Ratu Syeba), kami telah (berusaha) membuat kaliam merindukan (kami), tetapi kalian tidak merindu. Kami telah memanggil kalian, tetapi kalian tidak datang. Kami telah menunjuk jalan pada kalian, tetapi kalian tidak mengerti.’ Dan dia menunjukku dalam suratnya, ‘Jika kamu ingin dibebaskan bersama saudaramu, (Saudaramu adalah akal spekulatif, pemandu (‘ashim)), segeralah pergi.
            Berpeganglah pada tali kami, yaitu ekor naga (Ekor naga, (jawzahr) adalah salah satu dari kedua titik bulan, pada waktu terjadi gerhana) dari dunia suci yang menguasai wilayah-wilayah gerhana bulan. (Alam gerhana adalah dunia praktik kezuhudan). Jika kamu sampai di lembah semut (lembah semut adalah sifat irihati – Lembah semut berasal dari pertemuan Sulaiman dengan ratu semut, liat QS. 27.186) goyangkan bajumu (yaitu sibakan rintangan dari bajumu) dan katakan, “Terpujilah Tuhan yang telah memberikan kehidupan padaku setelah membuatku mati!” dan “di tangan-Nyalah kebangkitan itu”. (QS.67.15). Selanjutnya lenyapkanlah keluargamu dan bunuhlah istrimu (istri adalah nafsu birahi), sebab “ “dia akan menjadi salah seorang yang tertinggal di belakang” (kata-kata ini mengacu pada istri Luth QS.29:31) dan 15:60). Pergilah ke mana pun kami diperintahkan, “sebab sisa terakhir dari orang-orang itu akan ditinggalkan pada pagi hari” (Kata-kata itu mengacu pada umat Luth, para penduduk Sodom dan Gomorrah QS 15:66). Naiklah ke kapal dan katakan “Bismillah” ketika ia bergerak maju dan ketika ia berhenti” (Kata-kata yang diucapkan Nuh ketika melayarkan kapalnya, QS.11:41).
            Dia menjelaskan di dalam surat itu segala sesuatu yang akan terjadi di perjalanan. Kemudian si burung hoope (ilham) pergi. Matahari sudah berada di atas kepala kami ketika kami mencapai ujung kegelapan (“Matahari berada di atas kepala kami”  berarti bahwa kehidupan menjadi ciut, dan formanya berubah ketika kita mencapai tepian bayang-bayang, yaitu materi yang akan dilepaskan dari forma. Sebagai bukti bahwa yang dimaksudkannya dengan “matahari” dan “bayang-bayan” adalah materi dan forma, bandingkan dengan (QS.25:45) : Tidakkah engkau perhatikan kekuasaan Tuhanmu, bagaimana Dia memperpanjang atau memperpendek bayang-bayang yang ditimbulkan matahari? Jika Dia mau, niscaya dijadikan-Nya bayang-bayang itu mantap.
            Kemudian Kami jadikan matahari sebagai bukti, sumber penyebab bayang-bayang itu. Kemudian kami lenyapkan bayang-bayang itu perlahan-lahan dengan menampilkan sinar matahari, yaitu jika matahari tidak tampak, jika forma tidak mewujud, maka bayang-bayang ini, atau materi, tidak akan memiliki kedudukan mental eksisstensi, yaitu ia akan menjadi benda yang non-eksistensi). Kami menaiki kapal, dan kapal berlayar ‘di antara gelombang setinggi gunung, ((QS. 11.42), dan kami ingin pergi ke Gunung Sinai untuk mengunjungi pertapaan ayah kami. Gelombang memishakan aku dari anakku, (Putra adalah jiwa hewani (ruh-i hayawani) yang tenggelam), dan ‘ anakku menjadi salah seorang yang tenggelam. (QS.11:43) tentang seorang pemuda yang kadang-kadang ditafsirkan sebagai putra Nuh).
            Aku menyadari bahwa ‘ ramalan orang-orangku akan dihukum, akan menjadi nyata di pagi hari. Tidakkah pagi sudah dekat, ((QS.11:81) lagi-lagi tentang umat Luth; Pagi-pagi sudah dekat adalah penyatuan dengan jiwa khusus dan universsal). Aku juga menyadari bahwa ‘kota yang dipenuhi kejahatan-kejahatan kotor (kota adalah mikrokosmos; (QS.21:74, tentang Sodom dan Gomorrah), itu akan dibuat jungkir balik (QS.11:82) dan bebatuan dari lempung yang dibakar ((QS.11:82), akan ditumpahkan ke arahnya. (penyakit, wabah dan hal-hal yang dibenci dari fakultas-fakultas yang jahat seperti sifat sombong, tamak dan iri hati).
            Ketika kami mencapai tempat di mana gelombang-gelombang itu beradu dan air bergulung-gulung, aku menarik inang penyusu yang telah menyusuiku, dan melemparkannya ke laut. (Yiatu ketika kita sampai kesebuah tempat, dimana gelombang bergolak aku meneggelamkan jiwa bersamaku (ruh i thabi’i) yaitu aku melampauinya juga).
            Karena kami sedang berlayar dengan sebuah kapal ‘yang terdiri atas papan dan paku’, (yaitu kita masih bersama tubuh kita ; QS.54:13), kami membuka paksa kapal itu (bandingkan dengan QS.18:71, kisah tentang Khdir dan Musa) karena takut seorang raja (Sang Raja adalah Malaikat kematian), di belakang kami akan mengambil setiap kapal dengan kekerasan  ((QS.18:79) dari penjelasan Khidir tentang alasannya mesukap kapal).
            Lalu bahtera kami yang penuh muatan itu membawa kami ke Pulau Gog dan Magog di sebelah kiri Gunung Judi. (yaitu dalam keadaan ini, pemikiran-pemikiran yang merusak dan kecintaan akan dunia berkecamuk dalam khayalan; Gunung Judi, Gunung dimana kapal Nuh berlabuh (QS.11.44) padanan Islami untuk ararat). Di situ ada bersamaku Jin (Jin adalah fakultas khayalan-khayalan dan pikiran), yang bekerja untuk ku.dan aku berkuasa atas sebuah sumur yang berisi kuningan yang meleleh. (kearifan/hikmah). Aku berkata kepada jin itu, “Tiuplah sampai ia menjadi seperti api (QS.18:96; kata Dzul Qarnayn kepada jin yang sedang membangun bendungan untuk mencegah masuknya Gog dan Magog). Kemudian aku membuat sebuah bendungan agar aku terpisah dri mereka. Dan “perhitungan Tuhan itu benar” (QS.18”98, kata Dzul Qarnayn yang meramalkan janji Tuhan untuk emnghancurkan bendungan itu menjadi debu).
Aku berkelana di wilayah itu. Di jalan aku melihat tengkorak Ad dan Tsamud, (tengkorak menggambarkan nila kerendahan dunia ini), hampir di atas tahta mereka ((QS.22:45).
            Aku mengambil “dua tunggangan” (Kedua tunggangan itu adalah jiwa yang cenderung (pada kejahatan) (QS.12:53) dan jiwa yang menyalahkan dirinya sendiri (QS.75:2) bersama dengan motivasi dan seleranya. Keduanya bisa dianggap berasal dari fakultas estimatif (wham) dan imajinasi retentif (khayal), (Kata tsaqalayn (QS.55:31) biasanya ditafsirkan sebagai umat manusia dan jin), Bersama dunianya dan menempatkan mereka, bersama dengan jin, ke dalam botol bulat kecil (botol kecil, adalah otak, sumber jiwa manusia (ruh-nafsani) yang pertumbuhannya berasal dari ego (man)), yang telah ku buat yang di atasnya ada garis-garis seperti lingkaran (Garis-garis adalah urat-urat dan rongga-rongga, yang menyerupai lingkaran).
            Aku memotong sungai-sungai (yaitu fakultas gerak, yang berada di dalam otak (dan bekerja) melalui pembuluh darah, selaput dan otot), dari hati langit (langit adalah kepala), dan ketika airnya diputuskan dari penggilingan, bangunannya hancur berkeping-keping dan menghilang di udara yang tipis (yaitu aku telah meninggalkan jiwa manusiawi). Lalu aku meleparkan dunianya dunia ke langit, sampai matahari, bulan, serta bintang-bintang hancur (Yaitu, jiwa yang cenderung pada kejahatan, jiwa alamiah dan jiwa manusiawi, dibuat seperti fakultas-fakultas lainnya, yang tinggal hanya fakultas-fakultas tertentu, seperti fakultas praktis dan spekulatif).
            Selanjutnya aku diselamatkan dari empat belas peti mati dan sepuluh kuburan (14 peti mati adalah 14 fakultas, 10 kuburan adalah indera eksternal dan internal. Yang 14 itu dapat dikemukakan sebagai berikut : atraktif, retentif, digetif, ekspulsif, nutritif, generatif, mormatif, augmentatif, pemberang dan nafsu birahi, dan empat humour (panas, dingin, kering, basah), dari sini muncul bayangan Tuhan untuk mensucikan aku, “suatu hal yang mudah” ((QS.25:46), setelah membuat “atahari terbit” ((qs.25:47).
Aku menemukan jalan Tuhan, dan menyadari bahwa “inilah jalanku” ((QS.6 : 154).
            Saudara perempuan (Saudara perempuan adalah materi benda-benda dunia yang tetap berada di dunia yang gelap, yang dapat dipisahkan dari forma, yang dianggapnya sebagia penyebab demam dan mimpi buruk, yaitu jangka waktu ketika tidak dipisahkan. Maksudnya, aku pun telah meninggalkan materi dunia ini), dan keluargaku mengidap “penderitaan yang sangat berat sebagai hukuman dari Tuhan” (QS.12.107), di malam hari, dan dia menghabiskan sebagian malam itu dalam kegelapan; dia mengalami demam dan mimpi buruk, sehingga dia merasakan sakit kepala yang hebat.
            Aku melihat sebuah lampu (Lampu adalah akal aktif, yang mengelola dunia ini. Ia disebut aktif karena banyak tindakan yang lahir darinya, tidak seperti akal langit, yang melahirkan hanya satu tindakan), yang berisi minyak (Minyak yang dihasilkan darinya adalah kekuatan penghidupan benda-benda jasmaniah, yang merupakan kerajaan). Lampu itu memancarkan cahaya ke seluruh bagian rummah. Ia menerangi ceruk, dan penghuninya disinari cahaya matahari (Kosa kata diambil dari QS.24:35).
            Aku meletakkan lampu itu di mulut seekor naga (Yaitu aku melepaskan akal aktiff, yang mengelola dunia ini, atas unsur-unsur dunia ini. Bukti untuk ini adalah bahwa dia mengatakan “tinggal” : meskipun unsur-unsur dunia ini berputar, mereka tidak memiliki bentuk melingkar (melainkan tetap/tidak bergerak), yang berada di dalam menara kincir air (Menera kincir air adalah langit yang berputar seperti roda; Dalam astronimo kincir air itu adalah Aquarius), yang di bawahnya terbentang laut Clysma (Laut Clysma adalah perairan di bawah langit), dan di atasnya ada bintang-bintang, dan asal usul cahayanya hanya diketahui oleh Sang Pencipta dan mereka “yang mendalam pengetahuannya” ((QS.3.57). Aku melihat singa (Singa adalah tanda zodiak Leo), dan banteng (Banteng adalah tanda zodiak Taurus, simbol kesejahteraan, yang mencerminkan motif artistis Iran tradisional darogir, singa dan banteng yang terlibat dalam pertempuran), telah lenyap (Meskipun nama-nama yang terpisah tetap ada, yang dimaksudkannya adalah bahwa dia telah mencapai dunia ketunggalan (‘alam-i mufradat), di mana karena segala sessuatu memiliki satu sifat (nature), maka di situ tidak ada pertikaian, seperti antara singa dan banteng), dan busur (busur adalah tanda zodiak Sagitarius, si Pemanah), serta kepiting (Canser), telah terlipat di dalam putaran sfera-sfera (yaitu, tidak ada kejahatan, keduanya ini adalah ibarat untuk kejahatan). Timbangan (Zodiak Libra) tetap seimbang ketika bintang Yaman (Bintang Yaman adalah Canopus (suhayl), bintang yang sangat menonjol dalam adat dan penegetahuan timur (estern lore), muncul (yang dimaksud adalah Jiwa Universal) dari balik awan yang bergumpal-gumpal (yaitu akal dan jiwa dari balik bentuk)  yang terdiri atas apa yang akan dipintal laba-laba di sudut-sudut dunia elemental di alam kelhairan dan kehancuran.
            Kami bersama domba (domba wekali rasa takut ), domba itu kami tinggalkan di tengah belantara. Mereka dihancurkan oleh gempa bumi, dan amukan api membakar mereka. Ketika jarak telah terlewati, dan jalan-jalan telah dilalui, dan “keran telah di tuangkan” ( QS. 11.40, tanda untuk awal banjir besar), aku melihat tubuh-tubuh suci. Aku bergabung dengan mereka dan mendengar suara serta cara-cara mereka, yang aku pelajari untuk ku nyanyikan, tetapi suara itu tidak enak di telingaku seolah-olah itu adalah rantai yang sedang diseret melewati batu granit. Anggota tubuhku hampir tercabik berkeping-keping, dan tulang-tulang sendiku hampir rontok akibat kesenangan yang aku alami. Peristiwa itu terus berulang-ulang sampai awan-awan bertebaran, dan selaput terkoyak (Yaitu selubung telah diangkat).
            Aku meninggalkan gua dan lubang-lubang besar itu, dan turun dari kamar-kamar, berjalan menuju mata air kehidupan. Aku melihat batu besar di puncak bukit yang mirip gunung tinggi. Aku bertanya pada ikan ((yaitu jiwa-jiwa tertentu yang telah mencapai tempat tinggal mereka), yang berkumpul di dalam mata air kehidupan dan bersenang-senang di bawah bayangan gunung yag menjulang tinggi, apakah tanjung itu dan apakah batu besar itu.
            Salah seekor ikan itu berenang ke laut (yaitu dalam pengetahuna (ilm), menggali terowongan ((QS.18:61) suatu rujukan kepada ikan kering yang menjadi hidup dan berenang ketika dijatuhkan oleh pelayan Musa (Yusya) pada waktu mereka mencari “Pertemuan dua laut” di mana mereka bertemu dengan “hamaba Tuhan Yang Saleh” yang ditafsirkan sebagai Khidir di Mata Air Kehidupan). Ia berkata, “Itulah yang kami cari” (QS. 18:64; kata-kata Musa kepada Yusya ketika diberitahu tentang hidupnya kembali ikan itu), dan gunung itu adalah Gunung Sinai (yaitu sfera-sfera). Batu itu adalah sel ayahmu (Sang Ayah adalah akal universal). Apakah ikan-ikan itu? Aku bertanya. Ia menjawab, “Makhluk sejenismu : kalian adalah putra-putra dari satu orang ayah. Mereka diwijudkan sebagaimmana kamu, jadi mereka adalah saudara-saudaramu.”
            Ketika aku mendengar dan ssadar, aku memeluk mereka dan begirang hati karena mereka, dan mereka bergirang hati karena aku. Aku menaiki gunung itu dan melihat ayah kami, seorang tua (jiwa universal), yang berkat kecemerlangan cahayanya, langit dan bumi hampir terkuatk. Aku bingung dan takjub karenanya. Aku berjalan ke arahnya. Dia menyalami ku, lalu aku menjatuhkan diri di hadapannya, dan hampir lenyap akibat pancaran cahayanya.
            Aku meratap sesaat dan mengeluh padanya mengenai penjara Kairouan. Dia berkata padaku, “itu bagus. Kamu telah bebas. Tetapi kamu harus kembali ke penjara barat, sebab kamu belum melepaskan ikatan-ikatanmu seluruhnya” ((Yaitu kamu telah datang demi pemikiran (fikr) dan inspirasi (ilham), tetapi masih ada sisa-sisa ikatan dalam dirimu ). Ketika aku mendengarnya mengatakan ini, aku kehilangan akal, menangis dan mengerang bagaikan orang yang melihat kehancurannya telah hadir di hadapan matanya. Aku memohon padanya, tetapi ia berkata, “Adalah penting bagimu untuk kembali sekarang, tetapi aku akan memberimu kabar yang menyenangkan tentang dua hal : Pertama, jika kamu kembali ke penjara, kamu akan bisa mendatangi kami dan naik ke surga kami dengan mudah kapan saja kamu kehendaki; Kedua : pada akhirnya kamu akan dibawa ke hakadapan kami dengan meninggalkan negeri-negeri barat untuk selama-lamanya”.
            Aku senang sekali mendengar perkataannya. Lalu dia berrkata padaku, “Ketahuilah, bahwa ini adalah Gunung Sinai. Di atas ini adalah Gunung Sinin, di mana ayahku, kakekmu (Yaitu akal universal dan asal usul (emanation). Dia tidak menikah sebagaimana yang dikatakan orang bodoh, sebab mereka tidak memiliki hasrat badaniah dan tidak rentan terhadap analisis sintesis), tinggal. Aku berlaku sebagai penghubungnya, sebagaimana kamu berlaku sebagai penghubung ku (QS.28:88). Kita memiliki nenek moyang lain, sampai garisnya sampai apda raja yang menjadi leluhur agung yang tidak mempunyai ayah atau kakek. Kita semua adalah hamba-hambanya. Kita mengambil cahaya darinya, dan merupakan tiruannya. Dia adalah kemuliaan yang terbesar, milik-Nya lah kemuliaan yang tertinggi dan cahaya yang terkuat. Dia berada di atas terejawantahkan dalam segala sesuatu, dan “segala seuatu musnah kecuali wajah-Nya” ((QS.28:88).
            Aku tengah asyik mendengarkan kisah ini ketika keadaanku berubah, lalu aku jatuh dari udara ke sebuah tempat yang rendah di antara orang-orang yang tidak percaya. Aku menjadi narapidana di wilayah barat. Tetapi di dalam diriku tersimpan kesenangan yang tidak dapat aku jelaskan. Aku mengerang dan merapat penuh penyesalan karena terpisahkan, dan kenyamanan itu hanyalah impian yang cepat berlalu.
            Semoga Tuhan menyelamatkan kami dari cengkeraman alam (nature) dan ikatan-ikatan materi. Katakanlah, “Puji syukur hanya kepada Tuhan! Dia akan menunjukan padamu tanda-tanda-Nya, dan kamu akan mengenali tanda-tanda itu; dan Tuhanmu tidak lalai akan apa yang kamu lakukan (QS.27:93). Dan katakan “Terpujilah Tuhan! Tetapi sebagian besar dari mereka tidak mengerti” (QS.31:25). Shalawat dan salam tertuju kepada Nabi-Nya dan seluruh keluarganya.

Dikutip dari buku karya Ahmadie Thaha "Ibn Thufayl, Hayy Ibn Yaqzan (anak alam mencari Tuhan)" Pustaka Firdaus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKHIR SEBUAH CERITA

  "Sudah di pukul oleh kenyataan tapi tetap erat memeluk harapan."    Begitulah tulisan ini kumulai. Aku yang telah menumpahkan se...