A.
PENDAHULUAN
Filipina
adalah negara kepulauan dengan 7.107 buah pulau. Penduduknya yang berjumlah 47
jiwa menggunakan 87 dialek bahasa yang berbeda-beda
yang mencerminkan banyaknya suku dan komunitas etnis. Mayoritas penduduknya
menganut agama katolik. Penduduk yang menganut agama Islam menurut data resmi
pemerintah sekitar 5% atau 2,8 juta jiwa. Dari data non pemerintah menyebutkan
bahwa umat Islam di Filipina sekitar 7 juta jiwa atau sekitar 10% dari penduduk
Filipina.
Filipina
terletak di samudara pasifik barat sejauh (800 km) di Tenggara Cina, Filipina
berada di timur laut Kalimantan dan persis di selatan Taiwan. Negara ini
memiliki daerah lahan yang hampir seluas Italia. Dua pulau terbesarnya, yang
mencakup setengah luas seluruhnya, adalah luzon diutara dan Mindanau diselatan.
Bagian terbesar Filiphina bergunung, yaitu bagian dari sabuk gunung berapi yang
mengelilingi pasifik. Dengan luas wilayah 300.000 km2. Hutan menutupi lebih
dari separuh permukan lahan kepulauan itu, sedangkan yang dapat di tanami hanya
kurang sepertiganya.
B. MASUKNYA ISLAM KE FILIPINA
Umat
Islam di Filipina disebut dengan bangsa Moro, agama Islam masuk ke Filipina
bersamaan dengan masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara lainnya atau paling
tidak setelah Sumatera, Malaka dan Brunei. Seperti ditemukan dalam Tarsilah,
bahwa para pendakwah yang datang ke kawasan Filipina adalah dari Sumatera dan
Brunei, bahkan cikal bakal penguasa di Filipina berasal dari Sumatera, kecuali
kesultanan Islam di Manila yang berasal dari Brunei. Masuknya Islam ke Filipina seperti kawasan
Asia Tenggara lainnya tidak diketahui dengan pasti. Tidak ada catatan atau
prasasti yang dapat dijadikan patokan masuknya Islam ke sana. Yang ada hanyalah
perkiraan di kawasan Nusantara atau tanah melayu. Islam diperkenalkan di
Selatan Filipina (Kepulauan Sulu) pada awal abad ke-10 M. Para pedagang Arab
telah sampai ke kawasan ini yang sebelumnya mereka berdagang dengan Brunei
(Broneo). Pada tahun 977 M, Brunei telah mengirimkan seorang duta yang beragama
Islam ke Cina. Duta tersebut oleh orang Cina disebut Pu Ali (Abu Ali). Setelah
mengenal Brunei mereka pun sampai ke Filipina Selatan. Pada tahun 982 M telah
ada kapal-kapal dagang Arab yang datang dari Ma-i yang sekarang disebut
Mindoro. Bukti-bukti ini menjelaskan bahwa Islam telah masuk ke negara ini pada
abad ke 10-M.
Masuk dan berkembangnya Islam di negara Filipina sesuai dengan daerah-daerah penyebaran agama Islam :
Masuk dan berkembangnya Islam di negara Filipina sesuai dengan daerah-daerah penyebaran agama Islam :
1.
Sulu
Masuknya
Islam ke Filipina melalui Sulu. Dikatakan dalam Salasilah Sulu, orang yang
pertama kali memperkenalkan Islam disana adalah Tuan Masya’ika, berasal dari
Arab Selatan Tuan Masya’ika menikah dengan putri Raja Sipad, penguasa Sulu pada
waktu itu. Meskipun sudah dapat dipastikan bahwa keluarga itu telah masuk
Islam, tetapi tidak ada yang menunjukkan apakah masyarakatnya sudah memeluk
Islam. Islam muncul pada abad ke-14, karena terdapat kuburan tua seorang muslim
yang disebut Paduka Maqbalu di Bud Dato, Jolo.
Menurut
Salasilah Sulu terdapat nama seorang ahli sufi yang datang ke Buansa untuk
mengajarkan agama Islam. Ahli sufi itu dikenal sebagai Syarif Aulia Karim
al-Makhdum, mendarat di pulau Jolo pada tahun 1380 M. kemudian, Makhdum
Aminullah, yang dikenal dengan Sayyid an-Niqab dan Makhdum Abdurrahman. Selain
para makhdum terdapat pula seorang raja yang berasal dari Minagkabau, Sumatera
Barat, yang disebut dengan Raja Baginda. Menurut Tarsila Sulu Raja Baginda
sampai di Sulu 10 tahun setelah datangnya Karim al-Makhdum.
Menurut
Salasilah Sulu, orang-orang yang memperkenalkan Islam ke Sulu adalah Sayyid
dari Palembang yang dikenal dengan Sayyid Abu Bakar yang mendarat di Sulu
sekitar tahun 1450 M. Sayyid Abu Bakar menikah dengan putri Raja Baginda yang
bernama Paramisuli. Kemudian dia beri gelar Sultan Syarif al-Hasyim. Para Sultan
yang memerintah Sulu sejak Sayyid Abu Bakar hingga tahun 1808 M adalah sebagai
berikut :
a) Sultan
Syarif al-Hasyim (Sayyid Abu Bakar)
b) Sultan
Kamal al-Din
c) Sultan Ala
al-Din
d) Sultan
Amir al-Umara
e) Sultan
Mu’iz al-Mutawaddi’in
f) Sultan
Nasir al-Din I
g) Sultan
Muhammad al-Halim
h) Sultan
Batara Syah
i) Sultan
Muwalli al-Wasit
j) Sultan
Nasi al-Din II
k) Sultan
Salah al-Din Bakhtiar
l) Sultan Ali
Syah
m) Sultan Nur
al-‘Azam
n) Sultan
al-Haqunu bin Waliy al-Ahad
o) Sultan
Sahab al-Din
p) Sultan Mustafa
Syafi al-Din
q) Sultan
Sultan Badar al-Din
2.
Mindanao
Islam
telah disebarkan disini secara meluas pada awal abad ke-16 oleh seorang
keturunan arab melayu, Muhammad Kabungsuan bin Syarif Ali Zain al-Abidin. Dia
sampai di Mindanao sekitar tahun 1515 M, dengan mendirikan sebuah pemerintahan
di sebuah tempat yang bernama Malabang. Agama Islam pun terus berkembang di
Mindanao. Para pendakwah dari Ternate dan Brunei datang ke Mindanao bukan saja
untuk mengislamkan penduduk yang belum Islam tetapi juga mengajar dan
memperdalam pengetahuan Islam penduduk sana.
Kampung Iranun di sekitar teluk Illana merupakan masyarakat Mindanao yang pertama kali masuk Islam. Dan telah mendapatkan bimbingan dari para muballig Syarif Kabungsuan. Di samping Syarif Kabungsuan adapula ulama lain yaitu Syarif Alawi yang berdakwah di Mindanao.
Kampung Iranun di sekitar teluk Illana merupakan masyarakat Mindanao yang pertama kali masuk Islam. Dan telah mendapatkan bimbingan dari para muballig Syarif Kabungsuan. Di samping Syarif Kabungsuan adapula ulama lain yaitu Syarif Alawi yang berdakwah di Mindanao.
3.
Luzon
Sebelum
Spanyol datang, Islam telah sampai ke pulau Luzon. Namun dakwah disini belum
berhasil. Hanya di kawasan Manila saja yang terdapat pemukiman dan pemerintahan
Islam. Ibukota Filipina, Amanilah adalah sebuah kota yang diberi nama dari
bahasa Arab yaitu Fi Amannillah ( dibawah perlindungan Allah Swt ), setelah
dikuasai Spanyol Amanilah diganti nama menjadi Manila. Islam disebarkan di
sekitar Manila itu berasal dari Brunei. Salasilah Brunei mengatakan bahwa
Sultan Bulkiah dari Brunei telah merebut Selurong yaitu kawasan Manila sekarang. Salah seorang kerabat raja
Brunei dipilih untuk memerintah kawasan itu. Akan tetapi, terhambat akibat
direbutnya Manila oleh Spanyol pada tahun 1570.
Raja Sulaiman
dibunuh oleh tentara Spanyol yang dipimpin oleh Legazpi di teluk Manila.
Keberhasilan Legazpi ini menjadi awal kolonialisme di Filipina. Walaupun Manila
merupakan kawasan Islam sebelum direbut oleh Spanyol, namun diperkirakan belum
banyak orang penduduknya yang memeluk agama Islam. Mereka masih menganut
kepercayaan lama animisme. Pada keseluruhan perkembangan Islam di Filipina
terutama di Luzon bersaing dengan usaha kristenisasi pihak Spanyol. Walaupun
Spanyol telah berhasil menghambat perkembangan Islam di negeri itu, namun Islam
tetap bertahan dengan kuat di kalangan orang-orang Moro di Selatan (Mindanao
dan Sulu).
C. ISLAMISASI DI FILIPINA
1. Islam pada masa penjajahan Barat
Dahulu
Islam tersebar di Filipina, hampir mencapai seluruh kepulauannya. Disana juga
telah berdiri pemerintahan Islam, seperti halnya yang terjadi di Indonesia.
Akan tetapi, secara tiba-tiba muncullah arus pemikiran keagamaan yang dibawa
oleh penjajah Spanyol.
Pada tahun 928 H/1521 M, secara mendadak Spanyol menyerbu kepulauan-kepulauan Filipina. Selama masa yang hampir 4 abad ini, telah terjadi upaya penjauhan ajaran Islam dari generasi kaum muslimin secara berturut-turut lewat jalan peperangan yang menghancurkan kaum muslimin dan memaksa mereka untuk memeluk agama Nasrani dengan ancaman kekerasan. Sekalipun demikian, mereka tidak juga mampu mengalahkan pemerintahan-pemerintahan Muslim, sehingga disana masih tersisa beberapa pemerintahan. Spanyol belum berhasil sepenuhnya menguasai Filipina ini, khususnya kepulauan Mindanao dan Sulu.
Perkembangan Islam di Filipina terhambat oleh kolonialisme Spanyol.
Pada tahun 928 H/1521 M, secara mendadak Spanyol menyerbu kepulauan-kepulauan Filipina. Selama masa yang hampir 4 abad ini, telah terjadi upaya penjauhan ajaran Islam dari generasi kaum muslimin secara berturut-turut lewat jalan peperangan yang menghancurkan kaum muslimin dan memaksa mereka untuk memeluk agama Nasrani dengan ancaman kekerasan. Sekalipun demikian, mereka tidak juga mampu mengalahkan pemerintahan-pemerintahan Muslim, sehingga disana masih tersisa beberapa pemerintahan. Spanyol belum berhasil sepenuhnya menguasai Filipina ini, khususnya kepulauan Mindanao dan Sulu.
Perkembangan Islam di Filipina terhambat oleh kolonialisme Spanyol.
Kolonialisme
Spanyol yang membawa semangat glory, gospel and gold berusaha kuat untuk
mengubah agama masyarakat Filipina menjadi pengikut katolik. Serta menerapkan
sistem politik divide and rule (pecah belah dan kuasai), dan mission sacre
(misi suci untuk kristenisasi) terhadap orang Islam. Pada 1578, terjadi perang
antara kaum muslim dengan Spanyol yang juga melibatkan orang Filipina Utara
yang telah menjadi Kristen.
Wilayah
Manguindanao dan Sulu di Filipina selatan tidak pernah ditundukkan oleh
Spanyol, namun dianggap sebagai bagian dari koloninya. Terbukti dalam Traktat
Paris pada tahun 1898 yang mengalihkan kekuasaan Filipina kepada Amerika
Serikat dan selanjutnya Amerika menguasai Filipina. Amerika Serikat kemudian menguasai kepulauan
Filipina pada tahun 1317 H/1899 M. maka timbullah perlawanan menentangnya dan
berlangsung hingga tahun 1339 H/1920 M. Amerika Serikat mewarisi kawasan
terutama di wilayah utara Filipina yang berpusat di Manila, Luzon. Sementara
wilayah selatan Filipina yang membentang di Kepulauan Mindanao dan seluruh
pulau Sulu yang tidak pernah terjamah oleh usaha kristenisasi Spanyol, berada
dibawah kekuasaan militer Spanyol dengan cara membangun benteng pertahanan yang
kuat di seluruh penjuru hunian penduduk. Namun, control atas masyarakat
sedemikian lemah sehingga mudah diruntuhkan seiring dengan jatuhnya Teluk
Manila oleh Amerika Serikat. Sungguhpun demikian, Amerika Serikat tidak
mengelola daerah Selatan ini hingga 1902.
Pada
masa pemerintahan kolonialisme Amerika Serikat, masyarakat Islam yang masih
tradisional tidak mau bekerja sama dengan Amerika maupun masyarakat Filipina
lainnya yang katolik. Usaha pembaratan atau pemodernan administrasi juga gagal
pada masyarakat Islam di Selatan. Amerika lebih mudah bekerja sama dengan
mayarakat katolik.
Konsentrasi kebijakan Amerika Serikat memang tidak tertuju pada konversi agama penduduk, tetapi pada usaha mem-Barat-kan umat Islam sehingga mampu memerintah dirinya sendiri, setara dengan orang Kristen Filipina. Amerika Serikat mengirimkan para pejabat sipil Kristen ke kawasan Islam yang dikuasai oleh penguasa muslim untuk memperkenalkan cara baru pengelolaan pemerintahan dan merangsang komunitas muslim untuk dapat bekerja sama dengan proyek negara. Program ini tidak hanya ditujukan untuk kolonialisme Amerika Serikat untuk melakukan transformasi dalam kehidupan kaum muslim di kawasan selatan, namun yang lebih penting meredakan permusuhan Islam-Kristen yang telah berjalan lama. Sebagai bagian dari proyek ini, colonial Amerika Serikat juga menganjurkan dan mengirim ribuan orang Kristen dari utara untuk menetap di Mindanao.
Konsentrasi kebijakan Amerika Serikat memang tidak tertuju pada konversi agama penduduk, tetapi pada usaha mem-Barat-kan umat Islam sehingga mampu memerintah dirinya sendiri, setara dengan orang Kristen Filipina. Amerika Serikat mengirimkan para pejabat sipil Kristen ke kawasan Islam yang dikuasai oleh penguasa muslim untuk memperkenalkan cara baru pengelolaan pemerintahan dan merangsang komunitas muslim untuk dapat bekerja sama dengan proyek negara. Program ini tidak hanya ditujukan untuk kolonialisme Amerika Serikat untuk melakukan transformasi dalam kehidupan kaum muslim di kawasan selatan, namun yang lebih penting meredakan permusuhan Islam-Kristen yang telah berjalan lama. Sebagai bagian dari proyek ini, colonial Amerika Serikat juga menganjurkan dan mengirim ribuan orang Kristen dari utara untuk menetap di Mindanao.
2. Islam di Filipina setelah Kemerdekaan
Ketika
Amerika Serikat memberikan kemerdekaan kepada rakyat Filipina pada tahun 1947,
Islam manguindanao dan Sulu itu juga termasuk didalamnya. Dengan kata lain,
kedua wilayah ini menjadi bagian dari negara Filipina, meskipun diprotes keras
oleh pemimpin dan rakyat muslim di kawasan itu. Sebelum penyerahan kemerdekaan
itu, Sultan Sulu mengirimkan surat kepada Kongres dan Presiden Amerika Serikat
bahwa kepulauan Mindanao khususnya Kesultanan Sulu menolak untuk menjadi bagian
dari negara Filipina yang merdeka. Mereka ingin tetap menjadi bagian dari
negara Amerika Serikat dan tidak ikut bergabung dengan negara Filipina. Namun
protes itu tidak digubris oleh Amerika Serikat dank arena itu muslim Moro di
kepulauan Mindanao tetap menjadi bagian dari negara Filipina. Penyerahan
kedaulatan kesultanan Sulu oleh Spanyol ke penjajah Amerika Serikat yang
dianggap illegal dan surat permintaan Sultan Sulu kepada Presiden dan Kongres
Amerika Serikat untuk tidak bergabung dengan negara Filipina merdeka, itu
menjadi tonggak sejarah bagi gerakan separatism di kepulauan Mindanao: bahwa bangsa
moro sejak awal tidak bersedia menjadi bagian dari negara Filipina.
Akibat
berbagai kekecewaan dan sakit hati masyarakat Islam terhadap perlakuan yang
tidak adil sejak masa kolonialisme Spanyol, Amerika, dan berlanjut pada masa
pemerintahan Filipina mendorong munculnya organisasi-organisasi yang menuntut
kemerdekaan bagi wilayah Selatan Filipina. Lahirnya MIM (Mindanao Independence
Movement) dan MNLF (Moro National Liberation Front) adalah upaya untuk meraih
kemerdekaan bagi wilayah masyarakat Muslim. Di pihak lain, upaya dari penguasa
Filipina masa kini juga tidak terlalu serius untuk memberikan kesempatan yang
sama kepada masyarakat Islam dalam memperoleh kesempatan baik dalam
pemerintahan, kemiliteran, dan pendidikan. Akhirnya tidak tahu sampai kapan
persoalan masyarakat muslim bisa terselesaikan baik oleh pemerintah Filipina
maupun para tokoh muslim di Filipina Selatan.
Makalah ini di tulis oleh Devi Dewangsa Mahasiswa AF FUSI UIN-SU 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar