Minggu, 05 Maret 2017

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI THAILAND



A.    LATAR BELAKANG
Kedatangan Islam ke wilayah Asia Tenggara diduga karena proses perdagangan dan bukan melalui proses penaklukan suatu wilayah, jalur perdagangan itu masyur dikenal sebagai jalur sutra laut yang membentang dari mulai Laut Merah- Teluk Persia- Gujarat- Bengal- Malabar-Semenanjung Malaka-hingga ke China.
Hampir terdapat umat Islam di seluruh Negara di kawasan Asia Tenggara. Terdapat kurang lebih 6,5 juta umat Islam, atau 10% dari seluruh populasi penduduk Thailand yang berjumlah 65 juta orang. Di Thailand, Negeri yang mayoritasnya beragama Budha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pattani, Yala, Narathiwat, Satun dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Dengan jumlah umat yang menjadi minoritas ini, walau menjadi agama ke-dua terbesar setelah Bhuda, umat Islam Thailand sering mendapat serangan dari umat Bhuda (umat Budha garis keras), intimidasi, bahkan pembunuhan masal.
Masyarakat muslim Thailand saat ini telah menjadi bagian integral dari keseluruhan pemerintahan dan komunitas Thailand dari beberapa abad yang lalu. Secara historis, kultur dan ekonomi, masyarakat minoritas muslim di Thailand selatan telah mengalami peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu. Akan tetapi mereka tetap berusaha menjadi bagian komunitas yang dipahami.
Hal itu berangkat dari background masyarakat muslim sendiri, yaitu komunitas melayu Pattani yang dari awalnya berdiri sendiri dan kemudian dikuasai oleh Siam atau Thailand. Dan saat ini, dimana modernisme merambah semua negara dan Thailand menjadi negara demokrasi, muslim Thailand mulai dipandang positif oleh komunitas yang lainnya. Hal ini memunculkan era baru antara muslim-pemerintah yang memberikan ruang lebih luas bagi umat muslim Thailand merambah dunia politik dan ekonomi, tampak pada pesatnya pertumbuhan mesjid-mesjid yang terdapat di Thailand seperti ; Bangkok 159 masjid, Krabi 144 masjid, Narathiwat 447 masjid, Pattani 544 masjid, Yala 308 masjid, Songkhla 204 masjid, Satun 147 masjid. Dan beberapa masjid di berbagai kota di thailand. Walaupun sudah banyak berdiri mesjid-mesjid di Thailand itu tidak berarti bahwa mereka mendapatkan kelapangan hidup, karena mereka masih tetap menjadi minoritas yang terus mendapat tekanan dan juga diskriminasi yang tak henti-hentinya. Diantaracontoh mesjid nya: Salah satu masjid di Provinsi Surat Thani Masjid Baan Haw
B.     SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE THAILAND
Thailand merupakan salah satu negara diantara negara negara di kawasan asia tenggara. Secara geografis, kawasan asia tenggara merupakan kawasan antara benua Australia dan daratan China, daratan India sampai laut China. dengan begitu, thailand cukup mudah untuk dijangkau para pelancong dari zaman ke zaman untuk mencari penghidupan maupun penyebaran agama.
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Thailand. Diantaranya ada yang mengatakan Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 melalui para pedagang dari Arab. Dan ada pula yang mengatakan Islam masuk ke Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh.Jika kita melihat peta Thailand, kita akan mendapatkan daerah-daerah yang berpenduduk muslim berada persis di sebelah Negara-negara melayu, khususnya Malaysia.   Hal ini sangat berkaitan erat dengan sejarah masuknya Islam di Thailand, “jika dikatakan masuk”. Karena kenyataanya dalam sejarah, Islam bukan masuk Thailand, tapi lebih dulu ada sebelum Kerajaan Thailand “ Thai Kingdom” berdiri pada abad ke-9.
Muslim di Thailand sekitar 15 persen, dibandingkan penganut Budha, sekitar 80 persen. Mayoritas Muslim tinggal di Selatan Thailand, sekitar 1,5 juta jiwa, atau 80 persen dari total penduduk, khususnya di Patani, Yala dan Narathiwat, tiga provinsi yang sangat mewarnai dinamika di Thailand Selatan. Thailand Selatan terdiri dari lima provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat, Satun dan Songkhla, dengan total penduduk 6.326.732 Mayoritas penduduk Muslim terdapat di empat provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun, yaitu sekitar 71% diperkotaan, dan 86 % di pedesaan sedangkan di Songkhla, Muslim sekitar 19 %, minoritas, dan 76.6 % Buddha. Sementara mayoritas penduduk yang berbahasa Melayu, ratarata 70 persen berada di tiga provinsi: Pattani, Yala dan Narathiwat, sementara penduduk berbahasa China, ada di tiga provinsi: Narathiwat, 0.3 %, Pattani, 1.0 %, dan Yala, 3.0 % (Sensus Penduduk, Thailand, 2000).
Penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam dari Arab, masa khilafah Umar Bin Khatab” (teori arab). Entah daerah mana yang lebih dahulu didatangi oleh utusan dakwah dari Arab. Akan tetapi secara historis, Islam sudah menyebar di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara), serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu yang berada di daerah Siam (Thailand).
Pada tahun 1613, d’Eredia memperkirakan bahwa Patani masuk Islam sebelum Malaka yang secara tradisional dikenal sebagai “darussalaam (tempat damai) pertama” dikawasan itu (mills 1930:49) . Dalam penelitiannya mengenai kedatangan Islam di Indonesia G.W.J Drewes menemukan bahwa di Trengganu, yang merupakan salah satu tetangga Patani, agama baru itu sudah dianut secara mapan menjelang 1386 atau 1387. Dari penemuan ini Wyatt dan Teeuw menarik kesimpulan bahwa tidak ada alasan mengapa (agama itu) belum sampai di Patani menjelang tahun itu terutama jika diingat bahwa Patani terkenal sebagai sebuah pusat Islam yang awal.
Pada puncak kekuasaan patani awal abad ke 17 diletakkan dasar-dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Ini dimungkinkan oleh hubungan yang semakin intensif antara negeri Arab yang merupakan pusat Islam dan Asia Tenggara yang ketika itu pusat perdagangannya. Masa kejayaan yang sudah lampau itu dilambangkan oleh kaum bangsawan dan hubungan kekerabatan mereka dengan keluarga Melayu dan oleh citra Patani sebagai “tempat kelahiran Islam” dikawasan itu. Lembaga keagamaan di Patani dan daerah sekitarnya berfungsi sebagai penghubung antara golongan elit dengan rakyat. Kaum ulama berfungsi sebagai kekuatan yang mengabsahkan kekuasaan yang berlaku dan dukungan mereka sifatnya menentukan bagi pemelihara daan pengguna kekuasaan politik.

C.    PERKEMBANGAN ISLAM DI THAILAND
Dakwah Islam senantiasa di seluruh penjuru dunia. Islam adalah agama yang tidak mengenal batas dan sekat-sekat nasionalisme. Pun di sebuah negeri yang mayoritas penduduknya bukanlah pemeluk agama Islam Thailand. Thailand dikenal sebagai negara yang pandai menjual potensi pariwisata sekaligus sebagai salah satau negara agraris yang cukup maju di Asia Tenggara. Mayoritas penduduk Thailand adalah bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu. Jumlah kaum muslimih di Thailand memang tidak lebih dari 10% dari total 65 juta penduduk, namun islam menjadi agama mayoritas kedua setelah Budha.
Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Kultur melayu sangat terasa di daerah selatan Thailand, khususnya daerah teluk Andaman dan beberapa daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Bahkan beberapa nama daerag berasal dari bahasa Melayu, seperti Phuket yang berasal dari kata bukit dan Trang yang berasal dari kata terang. Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam). Pattani berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.
Perkembangan islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan system perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan masjid sebagai saran ibadah, sebuah masjid yang didirikan pada tahun 1949 oleh warga Indonesia dan komunitas muslim asli Thailand. Tanah wakaf masjid ini adalah milik Almarhum Hjai Saleh, seorang warga Indonesia yang bekerja di Bangkok.
Masjid Jawa adalah masjid lain yang juga didirikan oleh komunitas warga muslim Indonesia di Thailand. Sesuai dengan namanya, pendiri masjid ini adalah warga Indonesia suku Jawa yang bekerja di Thailand. Namun demikian, anak cucu para pendiri masjid ini berbicara dalam bahasa Thai dan Inggris saat menceritakan asal muasal berdirinya Masjid Jawa ini. Masjid Indonesia dan Masjid Jawa hanyalah sebagian dari lima puluhan masjid lain yang tersebar di seluruh penjuru Bangkok.
D.    LEMBAGA-LEMBAGA ISLAM DI THAILAND
Thailand merupakan Negara yang penduduknya minoritas muslim karena mayoritas penduduk disana beragama budha. Meskipun penduduk muslimnya minoritas tetapi di Thailand memiliki lembaga atau kelompok yang kuat dan aktif. Empat kelompok gerakan Islam yang kuat dan aktif : pertama, golongan tradisional yang sangat berpengaruh di selatan. Kedua, golongan ortodoks yang menerbitkan majalah Rabbitah. Ketiga, golongan modernis yang menerbitkan jurnal al jihad. Keempat, golongan Chularajamontri 66 yang disponsori oleh pemerintah. Terdapat beberapa kelompok gerakan. Gerakan dakwah yang terus dilancarkan umat Islam diselatan mengenai kebebasan dan otoritas beragama menghasilkan beberapa konsesi yang diberikan oleh pemerintah dan akhirnya terbentuk organisasi-organisasi Islam yang menjadi corong kegiatan umat secara nasional yang mendapatkan legal dari pemerintah organisasi tersebut meliputi:
1) Kantor chularajamantri atau shaikhul islam. Kantor ini dianggap sebagai kantor tertinggi masyarakat muslim Thailand. Kantor ini terdiri dari 26 provinsi yang memiliki banyak penduduk muslim. Chula yang dipilih harus mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari raja. Posisi chularazamontri, lebih memiliki kekuatan simbolis administrasi ketimbang kekuatan yang sebenarnya karena badan ini hanya berfungsi sebagai konsultan Departemen Agama dari kementrian pendidikan, sejauh hubungan dengan Islam. Sampai tingkat tertentu kepemimpinan informalnya cukup diakui dan dipakai. Dia menyelesaikan konflik agama dalam masyarakat Islam, dan memimpin fungsi-fungsi agama pada tingkat nasional, bahkan dia memberikan fatwa bila terdapat persoala yang menyangkut umat Islam dan negara. Akan tetapi, bagaimanapun keputusannya tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat atau legal, kecuali negara mengesahkan keputusan tersebut.
2) Komite Islam nasional, lembaga ini dimaksudkan sebagai lembaga tertinggi untuk urusan administrasi Islam di Thailand. Di ketahui secara ex-officio oleh chularajamontri Islam di thailand, komite terdiri dari 26 kepala komite Islam propinsi dan beberapa individu yang ditunjuk.
3) Komite masjid. Ini adalah komite setiap masjid yang diketahui oleh imam yang diseleksi dan dipilih oleh segenap anggota masyarakat. Sesuai dengan jumlah mesjid yang ada di Thailand.
4) Komite Islam Provinsi. Merupakan komite di setiap provinsi yang memiliki banyak penduduk muslim. Anggotanya dipilih dari banyak imam yang salah satu anggotanya dijadikan ketua.
Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah Thailand lebih akomodatif dalam memberikan kebijakan kepada masyarakat muslim. Masyarakat diberi kebebasan dalam menjalankan ibadah. Pemerintah menyediakan dana untuk membantu mereka dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Kaum muslimin juga diperbolehkan melaksanakan dakwah, membentuk organisasi, dan mengelola penerbitan literatur keagamaan yang sekarang sedang tumbuh. Meskipun demikian, kaum muslimin sendiri tidak bebas dari perpecahan.
Ada empat kelompok yang mengklaim dirinya sebagai pihak yang mewakili kepentingan masyarakat muslim, yaitu chularajamontri, sebuah kelompok yang didukung negara, kelompok modernis yang menerbitkan jurnal Al-Jihad, kelompok Ortodoks yang menerbitkan Al-rabitah, dan kelompok muslim melayu tradisional didaerah selatan yang menentang kepemimpinan chularajamontri, namun menolak disebut sebagai rival al-Jihad Al-Rabitah. Lepas dari itu semua, secara keseluruhan, komitmen terhadap Islam sedang tumbuh dikalangan muslim muangthai, meskipun pihak pemerinth akhir-akhir ini cukup represif memperlakukan kaum muslimin terutama dibagian selatan.
E.     KESIMPULAN
Thailand merupakan salah satu Negara di wilayah di Asia Tenggara yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Tetapi didalam Thailan terdapad provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu di Thailand Selatan. Tepatnya di Pattani dan beberapa provinsi lainnya. Islam masuk di Thailand dengan cara perdagangan oleh orang-orang Arab. Buktinya lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah. Meskipun Islam merupakan agama yang minoritaas di Thailand tetapi Islam mempunyai lembaga yang berpengaruh di Thailand yaitu Patani United Liberation Organization (PULO).
Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 Masehi melalui para pedagang dari Jazirah Arab. Penduduk setempat dapat menerima ajaran Islam dengan baik tanpa paksaan. Kawasan Thailand yang banyak dihuni umat muslim adalah wilayah bagian selatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Kantong-kantong muslim di daerah Thailand Selatan ini diantaranya adalah propinsi Pattani, Yala, Satun, Narathiwat dan Songkhla. Di propinsi-propinsi tersebut, rata-rata dihuni oleh sekitar 70 – 80 persen muslim. Selain itu, umat muslim juga tersebar di beberapa wilayah lain, seperti di propinsi Pattalung, Krabi, dan Nakorn Srithammarat.








DAFTAR PUSTAKA
Ahmadsutisna.blogspot.com/2011/05/ Perkembangan Dakwah di Thailand, di Unduh 23-4-2015
Aphornsuvan, Thanet, History and Politics of the Muslims in Thailand, (pdf), Thammasat University, 2003.
Asrofudin.blogspot.com/2010/06/ Perkembangan Islam di Thailand Makalah , di Unduh 23-4-2015
Indra Munawar, Sejarah Perkembangan Islam di Patani, (pdf). Jakarta, 2009. Lihat juga di ,indramunawar.blogspot.com/2009/04/html di Unduh 23-4-2015
Ilmu Pengetahuan21.blogspot.com/2012/08/ islam di Thailand, di Unduh 23-4-2015
Islam Thailandkk.blogspot.com/2012/05/ Sejarah Masuknya Islam di Thailand di Unduh 23-4-2015
Muhammadarasyal Habsyie.blogspot.com/2012/03/ Islam Thailand, di Unduh 23-4-2015
Sukmaqu.blogspot.com/2011/05/ Sejarah Masuknya Islam di Thailand. di Unduh 23-04-2015


Tulisan ini di kutip dari makalah Ayu Purnama Sari Mahasiswi AF UIN-SU 2013.

Sabtu, 04 Maret 2017

HAYY IBN YAQZAN (versi Ibn Sina)



     Ketika aku berkelana dengan saudaraku Ashim (Ashim (penjaga) adalah fakultas spekulatif, yang hanya dimiliki oleh jiwa, bukan raga. Ini didasarkan atas fakta bahwa ‘ashim adalah yang menjaga agar tidak masuk ke tempat yang berbahaya dan agar tak terjatuh dalam kesalahan) dari Wilayah Transoxania (Dunia halus), ke negeri barat (dunia materi (hayula) yang hubungannya dengan dunia halus adalah suatu penyelubungan kegelapan), untuk memburu segerombolan burung di pantai Laut Hijau (Laut Hijau adalah hal alam kasat indera, dimana kita pergi mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang kasat indera dan memahami kesempurnaan kita sendiri, serta melangkah dari sana menuju akal kebiasaan (‘aqli malakat) dan dari akal kebiasaan menuju akal yang bermanfaat (‘aqli-mustafad), tiba-tiba kami sampai di sebuah kota “yang penduduknya jahat” (QS.4:75), yaitu kota Kairouan (Kairouan adalah dunia ini. Yang dimaksudkannya dengan si jahat adalah orang-orang dunia ini, dunia pertentangan, karena pertentangan tidak akan timbul tanpa adanya peperangan, dan peperangan tidak akan timbul tanpa adanya kejahatan).
        Ketika orang tau kami tiba-tiba mendatangi mereka, kami sebagai putra-putra dari orang yang dikenal sebagai Al-Hadi ibn Al-Khayr Al-Yamani (Al-Hadi (pemandu) adalah asal pertama, dengan Al-khayr (yang baik) adalah akal universal, sebab keduanya ini merupakan sarana bagi petunjuk dan kebaikan), mereka mengelilingi kami dan menahan kami dengan belenggu besi (Belenggu dan ikatan itu dalah tubuh) dan memenjarakan kami di dasar sebuah lubang yang dalamnya tak terukur (lubang adalah dunia yang gelap ini). Di atas ‘sumur yang tak digunakan’ini,(QS.22.45) yang dibangun karena kedatangan kami, sebuah ‘istana yang tinggi’ (QS.22.45) yang memiliki banyak menara. (istana yang tinggi adalah jiwa-jiwa yang diciptakan sebelum benda-benda (angkasa) dan orbit-orbit. Menara adalah sfera langit).

            Selanjutnya kami diberitahu, ‘Kalian boleh naik ke istana itu pada malam hari, tetapi menjelang pagi kalian harus masuk kembali ke “dasar lubang” itu. (pada malam hari kita dapat naik ke dunia Halus melalui mimpi, dan melihat bentuk-bentuk dari hal-hal yang dapat dimengerti. Karena indera-indera mati pada waktu tidur dan tiak ikut campur, maka kita menjadi mudah menerima. Tetapi pada siang hari, ketika terjaga, kita tidak mungkin berpikir akan melakukan hal semacam itu, dikarenakan campur tanagan indera; maksudnya, dalam keadaan mati, kita dapat mencapai dunianya hal-hal yang dapat dimengerti, sedangkan tidur adalah kematian yang kedua, sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran : Allah mencabut jiwa setiap orang pada sat kematiannya, dan membungkam jiwa orang yang belum mati pada waktu tidurnya,” (QS. 39:42).
   
    Di dasar lubang itu ada “berlapis-lapis kegelapan. (QS.12:10 :lubang itu adalah tempat Yusuf dibuang oleh abang-abangnya yang iri). Ketika kami menjulurkan tangan, kami hampir saja tidak dapat melihatnya. (variasi QS.24:40), Tetapi, pada malam hari kami naik ke istana itu dan melihat kekosongan, dengan jalan mengintip lewat sebuah jendela kecil. Kadang-kadang burung-burung merpati mendatangi kami dari singgasana Yaman yang indah untuk menceritakan kepada kami tentang keadaan tempat tinggal Sang Tercinta.

   Kadang-kadang cahaya kilat Yaman mengunjungi kami, berkedip dari timur, di sisi kanan, (QS.19:52, 20:80) dan memberitahukan tentang jalan-jalan raya di Nejd; dan hembusan angin yang beraroma arak (Arak adalah sebuah pohon yang akarnya pahit. Cabang-cabangnya yang wangi digunakan untuk pasta gigi) membuat kami semakin ekstatis, (Dia mengemukakan semua ini dengan gaya Arab, sebab mereka menyinggung-nyinggung sang tercita dengan jejak-jejak lokasi tenda, angind dan harum bunga. Yang dimaksudkannya adalah bahwa pada wakttu tidur kita dapat melihat hal-hal yang bersifat spiritual dan bentuk-bentuk yang dapat dimengerti yang ada di dunia ruh, sebab indera telah mati). Maka kami jadi merana merindukan tanah air kami. (Yaitu, kita pun berasal dari dunia itu).
      
        Demikianlah keadaan kami, naik pada malam hari, dan turun pada pagi hari, ketika kami melihat burung hoope (Burung hoope adalah fakultas inspirasi (ilham)), masuk melalui jendela kecil dan menyampaikan salam pada malam hari di saat bulan purnama. (yang dimaksud malam bulan purnama adalah bahwa kita terbebas dari kotoran alam (nature) dn asap yang merusak). Di paruhnya ada sepucuk surat yang dikirmkan dari ‘sisi’ kanan lembah ((Dunia halus disebutnya berada di sebelah kanan lembah. Di manapun (kata-kata) “kanan” (yamin) dan “kebahagiaan” (Yumn) dikemukakan, inilah yang mereka maksudka.  Dunia yang lebih rendah disebutnya yang “kiri”) di padang yang diberkahi, dari pohon. (QS.28”30).

   Dia berkata kepada kami, “Aku akan membebaskan kalian”. Aku datang dari Syeba dengan membawa kabar, (Dari syeba dengan membawa berita, yaitu dari keraguan ke pengetahuann yang pasti), dan kabar itu dijelaskan dalam surat ini dari ayah kalian.
            Kami membaca surat itu, yang isinya : “Dari Al-Hadi ayah kalian, dan :Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang.” (QS.27:30, pembukaan surat Raja Sulaiman yang dikirmkan oleh burung hoope kepada Ratu Syeba), kami telah (berusaha) membuat kaliam merindukan (kami), tetapi kalian tidak merindu. Kami telah memanggil kalian, tetapi kalian tidak datang. Kami telah menunjuk jalan pada kalian, tetapi kalian tidak mengerti.’ Dan dia menunjukku dalam suratnya, ‘Jika kamu ingin dibebaskan bersama saudaramu, (Saudaramu adalah akal spekulatif, pemandu (‘ashim)), segeralah pergi.
            Berpeganglah pada tali kami, yaitu ekor naga (Ekor naga, (jawzahr) adalah salah satu dari kedua titik bulan, pada waktu terjadi gerhana) dari dunia suci yang menguasai wilayah-wilayah gerhana bulan. (Alam gerhana adalah dunia praktik kezuhudan). Jika kamu sampai di lembah semut (lembah semut adalah sifat irihati – Lembah semut berasal dari pertemuan Sulaiman dengan ratu semut, liat QS. 27.186) goyangkan bajumu (yaitu sibakan rintangan dari bajumu) dan katakan, “Terpujilah Tuhan yang telah memberikan kehidupan padaku setelah membuatku mati!” dan “di tangan-Nyalah kebangkitan itu”. (QS.67.15). Selanjutnya lenyapkanlah keluargamu dan bunuhlah istrimu (istri adalah nafsu birahi), sebab “ “dia akan menjadi salah seorang yang tertinggal di belakang” (kata-kata ini mengacu pada istri Luth QS.29:31) dan 15:60). Pergilah ke mana pun kami diperintahkan, “sebab sisa terakhir dari orang-orang itu akan ditinggalkan pada pagi hari” (Kata-kata itu mengacu pada umat Luth, para penduduk Sodom dan Gomorrah QS 15:66). Naiklah ke kapal dan katakan “Bismillah” ketika ia bergerak maju dan ketika ia berhenti” (Kata-kata yang diucapkan Nuh ketika melayarkan kapalnya, QS.11:41).
            Dia menjelaskan di dalam surat itu segala sesuatu yang akan terjadi di perjalanan. Kemudian si burung hoope (ilham) pergi. Matahari sudah berada di atas kepala kami ketika kami mencapai ujung kegelapan (“Matahari berada di atas kepala kami”  berarti bahwa kehidupan menjadi ciut, dan formanya berubah ketika kita mencapai tepian bayang-bayang, yaitu materi yang akan dilepaskan dari forma. Sebagai bukti bahwa yang dimaksudkannya dengan “matahari” dan “bayang-bayan” adalah materi dan forma, bandingkan dengan (QS.25:45) : Tidakkah engkau perhatikan kekuasaan Tuhanmu, bagaimana Dia memperpanjang atau memperpendek bayang-bayang yang ditimbulkan matahari? Jika Dia mau, niscaya dijadikan-Nya bayang-bayang itu mantap.
            Kemudian Kami jadikan matahari sebagai bukti, sumber penyebab bayang-bayang itu. Kemudian kami lenyapkan bayang-bayang itu perlahan-lahan dengan menampilkan sinar matahari, yaitu jika matahari tidak tampak, jika forma tidak mewujud, maka bayang-bayang ini, atau materi, tidak akan memiliki kedudukan mental eksisstensi, yaitu ia akan menjadi benda yang non-eksistensi). Kami menaiki kapal, dan kapal berlayar ‘di antara gelombang setinggi gunung, ((QS. 11.42), dan kami ingin pergi ke Gunung Sinai untuk mengunjungi pertapaan ayah kami. Gelombang memishakan aku dari anakku, (Putra adalah jiwa hewani (ruh-i hayawani) yang tenggelam), dan ‘ anakku menjadi salah seorang yang tenggelam. (QS.11:43) tentang seorang pemuda yang kadang-kadang ditafsirkan sebagai putra Nuh).
            Aku menyadari bahwa ‘ ramalan orang-orangku akan dihukum, akan menjadi nyata di pagi hari. Tidakkah pagi sudah dekat, ((QS.11:81) lagi-lagi tentang umat Luth; Pagi-pagi sudah dekat adalah penyatuan dengan jiwa khusus dan universsal). Aku juga menyadari bahwa ‘kota yang dipenuhi kejahatan-kejahatan kotor (kota adalah mikrokosmos; (QS.21:74, tentang Sodom dan Gomorrah), itu akan dibuat jungkir balik (QS.11:82) dan bebatuan dari lempung yang dibakar ((QS.11:82), akan ditumpahkan ke arahnya. (penyakit, wabah dan hal-hal yang dibenci dari fakultas-fakultas yang jahat seperti sifat sombong, tamak dan iri hati).
            Ketika kami mencapai tempat di mana gelombang-gelombang itu beradu dan air bergulung-gulung, aku menarik inang penyusu yang telah menyusuiku, dan melemparkannya ke laut. (Yiatu ketika kita sampai kesebuah tempat, dimana gelombang bergolak aku meneggelamkan jiwa bersamaku (ruh i thabi’i) yaitu aku melampauinya juga).
            Karena kami sedang berlayar dengan sebuah kapal ‘yang terdiri atas papan dan paku’, (yaitu kita masih bersama tubuh kita ; QS.54:13), kami membuka paksa kapal itu (bandingkan dengan QS.18:71, kisah tentang Khdir dan Musa) karena takut seorang raja (Sang Raja adalah Malaikat kematian), di belakang kami akan mengambil setiap kapal dengan kekerasan  ((QS.18:79) dari penjelasan Khidir tentang alasannya mesukap kapal).
            Lalu bahtera kami yang penuh muatan itu membawa kami ke Pulau Gog dan Magog di sebelah kiri Gunung Judi. (yaitu dalam keadaan ini, pemikiran-pemikiran yang merusak dan kecintaan akan dunia berkecamuk dalam khayalan; Gunung Judi, Gunung dimana kapal Nuh berlabuh (QS.11.44) padanan Islami untuk ararat). Di situ ada bersamaku Jin (Jin adalah fakultas khayalan-khayalan dan pikiran), yang bekerja untuk ku.dan aku berkuasa atas sebuah sumur yang berisi kuningan yang meleleh. (kearifan/hikmah). Aku berkata kepada jin itu, “Tiuplah sampai ia menjadi seperti api (QS.18:96; kata Dzul Qarnayn kepada jin yang sedang membangun bendungan untuk mencegah masuknya Gog dan Magog). Kemudian aku membuat sebuah bendungan agar aku terpisah dri mereka. Dan “perhitungan Tuhan itu benar” (QS.18”98, kata Dzul Qarnayn yang meramalkan janji Tuhan untuk emnghancurkan bendungan itu menjadi debu).
Aku berkelana di wilayah itu. Di jalan aku melihat tengkorak Ad dan Tsamud, (tengkorak menggambarkan nila kerendahan dunia ini), hampir di atas tahta mereka ((QS.22:45).
            Aku mengambil “dua tunggangan” (Kedua tunggangan itu adalah jiwa yang cenderung (pada kejahatan) (QS.12:53) dan jiwa yang menyalahkan dirinya sendiri (QS.75:2) bersama dengan motivasi dan seleranya. Keduanya bisa dianggap berasal dari fakultas estimatif (wham) dan imajinasi retentif (khayal), (Kata tsaqalayn (QS.55:31) biasanya ditafsirkan sebagai umat manusia dan jin), Bersama dunianya dan menempatkan mereka, bersama dengan jin, ke dalam botol bulat kecil (botol kecil, adalah otak, sumber jiwa manusia (ruh-nafsani) yang pertumbuhannya berasal dari ego (man)), yang telah ku buat yang di atasnya ada garis-garis seperti lingkaran (Garis-garis adalah urat-urat dan rongga-rongga, yang menyerupai lingkaran).
            Aku memotong sungai-sungai (yaitu fakultas gerak, yang berada di dalam otak (dan bekerja) melalui pembuluh darah, selaput dan otot), dari hati langit (langit adalah kepala), dan ketika airnya diputuskan dari penggilingan, bangunannya hancur berkeping-keping dan menghilang di udara yang tipis (yaitu aku telah meninggalkan jiwa manusiawi). Lalu aku meleparkan dunianya dunia ke langit, sampai matahari, bulan, serta bintang-bintang hancur (Yaitu, jiwa yang cenderung pada kejahatan, jiwa alamiah dan jiwa manusiawi, dibuat seperti fakultas-fakultas lainnya, yang tinggal hanya fakultas-fakultas tertentu, seperti fakultas praktis dan spekulatif).
            Selanjutnya aku diselamatkan dari empat belas peti mati dan sepuluh kuburan (14 peti mati adalah 14 fakultas, 10 kuburan adalah indera eksternal dan internal. Yang 14 itu dapat dikemukakan sebagai berikut : atraktif, retentif, digetif, ekspulsif, nutritif, generatif, mormatif, augmentatif, pemberang dan nafsu birahi, dan empat humour (panas, dingin, kering, basah), dari sini muncul bayangan Tuhan untuk mensucikan aku, “suatu hal yang mudah” ((QS.25:46), setelah membuat “atahari terbit” ((qs.25:47).
Aku menemukan jalan Tuhan, dan menyadari bahwa “inilah jalanku” ((QS.6 : 154).
            Saudara perempuan (Saudara perempuan adalah materi benda-benda dunia yang tetap berada di dunia yang gelap, yang dapat dipisahkan dari forma, yang dianggapnya sebagia penyebab demam dan mimpi buruk, yaitu jangka waktu ketika tidak dipisahkan. Maksudnya, aku pun telah meninggalkan materi dunia ini), dan keluargaku mengidap “penderitaan yang sangat berat sebagai hukuman dari Tuhan” (QS.12.107), di malam hari, dan dia menghabiskan sebagian malam itu dalam kegelapan; dia mengalami demam dan mimpi buruk, sehingga dia merasakan sakit kepala yang hebat.
            Aku melihat sebuah lampu (Lampu adalah akal aktif, yang mengelola dunia ini. Ia disebut aktif karena banyak tindakan yang lahir darinya, tidak seperti akal langit, yang melahirkan hanya satu tindakan), yang berisi minyak (Minyak yang dihasilkan darinya adalah kekuatan penghidupan benda-benda jasmaniah, yang merupakan kerajaan). Lampu itu memancarkan cahaya ke seluruh bagian rummah. Ia menerangi ceruk, dan penghuninya disinari cahaya matahari (Kosa kata diambil dari QS.24:35).
            Aku meletakkan lampu itu di mulut seekor naga (Yaitu aku melepaskan akal aktiff, yang mengelola dunia ini, atas unsur-unsur dunia ini. Bukti untuk ini adalah bahwa dia mengatakan “tinggal” : meskipun unsur-unsur dunia ini berputar, mereka tidak memiliki bentuk melingkar (melainkan tetap/tidak bergerak), yang berada di dalam menara kincir air (Menera kincir air adalah langit yang berputar seperti roda; Dalam astronimo kincir air itu adalah Aquarius), yang di bawahnya terbentang laut Clysma (Laut Clysma adalah perairan di bawah langit), dan di atasnya ada bintang-bintang, dan asal usul cahayanya hanya diketahui oleh Sang Pencipta dan mereka “yang mendalam pengetahuannya” ((QS.3.57). Aku melihat singa (Singa adalah tanda zodiak Leo), dan banteng (Banteng adalah tanda zodiak Taurus, simbol kesejahteraan, yang mencerminkan motif artistis Iran tradisional darogir, singa dan banteng yang terlibat dalam pertempuran), telah lenyap (Meskipun nama-nama yang terpisah tetap ada, yang dimaksudkannya adalah bahwa dia telah mencapai dunia ketunggalan (‘alam-i mufradat), di mana karena segala sessuatu memiliki satu sifat (nature), maka di situ tidak ada pertikaian, seperti antara singa dan banteng), dan busur (busur adalah tanda zodiak Sagitarius, si Pemanah), serta kepiting (Canser), telah terlipat di dalam putaran sfera-sfera (yaitu, tidak ada kejahatan, keduanya ini adalah ibarat untuk kejahatan). Timbangan (Zodiak Libra) tetap seimbang ketika bintang Yaman (Bintang Yaman adalah Canopus (suhayl), bintang yang sangat menonjol dalam adat dan penegetahuan timur (estern lore), muncul (yang dimaksud adalah Jiwa Universal) dari balik awan yang bergumpal-gumpal (yaitu akal dan jiwa dari balik bentuk)  yang terdiri atas apa yang akan dipintal laba-laba di sudut-sudut dunia elemental di alam kelhairan dan kehancuran.
            Kami bersama domba (domba wekali rasa takut ), domba itu kami tinggalkan di tengah belantara. Mereka dihancurkan oleh gempa bumi, dan amukan api membakar mereka. Ketika jarak telah terlewati, dan jalan-jalan telah dilalui, dan “keran telah di tuangkan” ( QS. 11.40, tanda untuk awal banjir besar), aku melihat tubuh-tubuh suci. Aku bergabung dengan mereka dan mendengar suara serta cara-cara mereka, yang aku pelajari untuk ku nyanyikan, tetapi suara itu tidak enak di telingaku seolah-olah itu adalah rantai yang sedang diseret melewati batu granit. Anggota tubuhku hampir tercabik berkeping-keping, dan tulang-tulang sendiku hampir rontok akibat kesenangan yang aku alami. Peristiwa itu terus berulang-ulang sampai awan-awan bertebaran, dan selaput terkoyak (Yaitu selubung telah diangkat).
            Aku meninggalkan gua dan lubang-lubang besar itu, dan turun dari kamar-kamar, berjalan menuju mata air kehidupan. Aku melihat batu besar di puncak bukit yang mirip gunung tinggi. Aku bertanya pada ikan ((yaitu jiwa-jiwa tertentu yang telah mencapai tempat tinggal mereka), yang berkumpul di dalam mata air kehidupan dan bersenang-senang di bawah bayangan gunung yag menjulang tinggi, apakah tanjung itu dan apakah batu besar itu.
            Salah seekor ikan itu berenang ke laut (yaitu dalam pengetahuna (ilm), menggali terowongan ((QS.18:61) suatu rujukan kepada ikan kering yang menjadi hidup dan berenang ketika dijatuhkan oleh pelayan Musa (Yusya) pada waktu mereka mencari “Pertemuan dua laut” di mana mereka bertemu dengan “hamaba Tuhan Yang Saleh” yang ditafsirkan sebagai Khidir di Mata Air Kehidupan). Ia berkata, “Itulah yang kami cari” (QS. 18:64; kata-kata Musa kepada Yusya ketika diberitahu tentang hidupnya kembali ikan itu), dan gunung itu adalah Gunung Sinai (yaitu sfera-sfera). Batu itu adalah sel ayahmu (Sang Ayah adalah akal universal). Apakah ikan-ikan itu? Aku bertanya. Ia menjawab, “Makhluk sejenismu : kalian adalah putra-putra dari satu orang ayah. Mereka diwijudkan sebagaimmana kamu, jadi mereka adalah saudara-saudaramu.”
            Ketika aku mendengar dan ssadar, aku memeluk mereka dan begirang hati karena mereka, dan mereka bergirang hati karena aku. Aku menaiki gunung itu dan melihat ayah kami, seorang tua (jiwa universal), yang berkat kecemerlangan cahayanya, langit dan bumi hampir terkuatk. Aku bingung dan takjub karenanya. Aku berjalan ke arahnya. Dia menyalami ku, lalu aku menjatuhkan diri di hadapannya, dan hampir lenyap akibat pancaran cahayanya.
            Aku meratap sesaat dan mengeluh padanya mengenai penjara Kairouan. Dia berkata padaku, “itu bagus. Kamu telah bebas. Tetapi kamu harus kembali ke penjara barat, sebab kamu belum melepaskan ikatan-ikatanmu seluruhnya” ((Yaitu kamu telah datang demi pemikiran (fikr) dan inspirasi (ilham), tetapi masih ada sisa-sisa ikatan dalam dirimu ). Ketika aku mendengarnya mengatakan ini, aku kehilangan akal, menangis dan mengerang bagaikan orang yang melihat kehancurannya telah hadir di hadapan matanya. Aku memohon padanya, tetapi ia berkata, “Adalah penting bagimu untuk kembali sekarang, tetapi aku akan memberimu kabar yang menyenangkan tentang dua hal : Pertama, jika kamu kembali ke penjara, kamu akan bisa mendatangi kami dan naik ke surga kami dengan mudah kapan saja kamu kehendaki; Kedua : pada akhirnya kamu akan dibawa ke hakadapan kami dengan meninggalkan negeri-negeri barat untuk selama-lamanya”.
            Aku senang sekali mendengar perkataannya. Lalu dia berrkata padaku, “Ketahuilah, bahwa ini adalah Gunung Sinai. Di atas ini adalah Gunung Sinin, di mana ayahku, kakekmu (Yaitu akal universal dan asal usul (emanation). Dia tidak menikah sebagaimana yang dikatakan orang bodoh, sebab mereka tidak memiliki hasrat badaniah dan tidak rentan terhadap analisis sintesis), tinggal. Aku berlaku sebagai penghubungnya, sebagaimana kamu berlaku sebagai penghubung ku (QS.28:88). Kita memiliki nenek moyang lain, sampai garisnya sampai apda raja yang menjadi leluhur agung yang tidak mempunyai ayah atau kakek. Kita semua adalah hamba-hambanya. Kita mengambil cahaya darinya, dan merupakan tiruannya. Dia adalah kemuliaan yang terbesar, milik-Nya lah kemuliaan yang tertinggi dan cahaya yang terkuat. Dia berada di atas terejawantahkan dalam segala sesuatu, dan “segala seuatu musnah kecuali wajah-Nya” ((QS.28:88).
            Aku tengah asyik mendengarkan kisah ini ketika keadaanku berubah, lalu aku jatuh dari udara ke sebuah tempat yang rendah di antara orang-orang yang tidak percaya. Aku menjadi narapidana di wilayah barat. Tetapi di dalam diriku tersimpan kesenangan yang tidak dapat aku jelaskan. Aku mengerang dan merapat penuh penyesalan karena terpisahkan, dan kenyamanan itu hanyalah impian yang cepat berlalu.
            Semoga Tuhan menyelamatkan kami dari cengkeraman alam (nature) dan ikatan-ikatan materi. Katakanlah, “Puji syukur hanya kepada Tuhan! Dia akan menunjukan padamu tanda-tanda-Nya, dan kamu akan mengenali tanda-tanda itu; dan Tuhanmu tidak lalai akan apa yang kamu lakukan (QS.27:93). Dan katakan “Terpujilah Tuhan! Tetapi sebagian besar dari mereka tidak mengerti” (QS.31:25). Shalawat dan salam tertuju kepada Nabi-Nya dan seluruh keluarganya.

Dikutip dari buku karya Ahmadie Thaha "Ibn Thufayl, Hayy Ibn Yaqzan (anak alam mencari Tuhan)" Pustaka Firdaus.

Syair pengembara

  Cinta bagai misteri yang tak bisa di pahami. Ia datang begitu saja tanpa kita kejar dan kita cari. Cinta itu unik, ia menghampiri hati yan...