Kursor

Jumat, 18 Oktober 2024

Lembayung Senja



Sagara menapaki jalan terjal

Menaiki bukit

Menuruni jurang

Seolah tak akan ada peristirahatan 


Arunika tetaplah arunika

Namun cahayanya tak mampu menerangi 

Lembah suram yang berdebu bagai tak berpenghuni


Kicauan burung kenari di pucuk pohon di pinggir hutan

Seolah membawa pesan pesan kematian

Bahwa semua yang telah dilakukan adalah bentuk pelarian yang sia sia tak memberi arti yang dimpikan


Sagara telah mati

Begitu mungkin isi berita dalam koran semalam

Di seringi tepuk tangan raja seberang yang telah lama menanti hari yang demikian


Lembayung senja di pinggir hutan

Tetap memancarkan rona keindahan

Seraya menebar pesona nan anggun rupawan

Membuat mata terpejam terlelap dalam mimpi tak bertepian


Lembayung senja

Kamu begitu mengasikkan untuk di saksikan

Meski tak mungkin di gapai dan di dapatkan

Tapi biarlah demikian

Bukankah tak semua impian kan jadi kenyataan?


Lembayung senja menjauh ke pegunungan

Bersembunyi di balik pepohonan

Sementara Sagara telah jadi kenangan

Tertinggal di lembah suram nan memilukan .


Kamis, 17 Oktober 2024

Sagara dan Arunika



 Apa kabar arunika

Kunanti kabar di ujung jalan

Di bawah temaram lampu taman

Di atas kursi kayu

Menanti dengan mata tertutup sayu.


Kamu panggil aku Sagara

Tidak ..

Aku tak mungkin jadi Sagara

Seorang raja dalam sejarah India Pada zaman satyayuga


Aku tak setangguh Sagara

Aku lemah didepan dewa asmara

Tatkala panah menancap di dada

Niscaya aku kan jadi manusia setengah gila seperti Qais dan Layla


Arunika..

Aku ingin jadi sandyakala

Yang muncul saat hari senja

Memancarkan cahaya nirmala

Indah berkilau laksana emas nan Amerta


Kamu adalah arunika

Yang muncul dari balik pepohonan rindang di taman asmara

Menerangi, memberi kehangatan pada semesta raya

Menyejukkan jiwa

Memanjakan mata

Mengobati setiap luka yang ada..

Rabu, 16 Oktober 2024

MING YI



 Ming yi...

Dulu aku pernah mengagumimu

Memujamu

Hingga melenyapkan akan aku menjelma menjadi kamu.


Ming yi

Aku pernah meratukanmu

Mengharapakanmu

Menghadirkanmu dalam setiap bait bait doaku


Ming yi

Keadaan berubah kini

Aku di tinggal dan kamupun pergi

Dan mungkin tak akan pernah kembali lagi


Ming yi

Dalam doaku hari ini

Bahagialah menjalani hari hari

Senantiasa dekat dengan Ilahi

Temukanlah cinta sejati..


Ming yi

Lewat angin malam

Ku titipkan salam

Disaksikan semesta alam

Rindu ini tak pernah pudar bahkan semakin dalam


Sandyakala di ujung waktu

Menandakan detik kian berlalu

Menjauh dan terus bergerak maju

Sementara kenangan tetap akan tegak berdiri laksana batu..

Selasa, 15 Oktober 2024

ASMARALOKA

 


Tak ada yang lebih indah 

Dari hujan bulan Juni, katanya..

Tapi ini Oktober, jawabnya.


Tetesan hujan terus tercurah.

Membuat dedaunan menjadi lesu dan basah, menangislah.


Seekor kenari terdiam dia atas dahan jambu 

Terduduk sendiri merenung menanti matahari , gelisah.


Debu jalanan....

Nafas berat pilu resah. 

Hanyut terbawa arus air dari celah batu pualam di kebun anggur, lenyaplah..


Langit..

Tetap mendung gelap tanpa pancaran cahaya..

Menambah syahdu suana, antara iya ataukah merana, bersinarlah.


Hembusan angin ...

Menerpa jendela menggerakkan tirai tirai kusut berwarna jingga, terhempaslah.


Terlelap .

Terbawa mimpi menembus batas semesta menuju asmaraloka, abadilah..

Senin, 14 Oktober 2024

ARUNIKA


 

Arunika..

Kau begitu indah di pandang mata...

Kilauan cahayamu...

Laksana emas di balut permata .

Aku terpesona dan terkesima ..

Tak jemu aku tuk mengaguminya ...


Arunika..

Kau memancarkan suasana syahdu....

Menyusup hingga ke aliran darahku..

Menggetarkan relung sanubariku ...

Aku memujamu...


Arunika..

Sinari aku dengan cahayamu..

Obati sekian luka yang telah banyak ku terima ..

Menganga dan membekas tak pernah tersentuh oleh kalimat Tiada ..

Sakit dan pilu telahpun jadi pelanggan utama...

Seakan memaksaku tuk menyerah dan putus asa saja ..

Namun secercah harapan tetap ada.

Berharap semua akan indah pada akhirnya ...


Arunika...

Kini hadirmu begitu berarti kurasa ...

Laksana tetes embun bening di pinggir telaga ...


Arunika ..

Bolehkah aku melukismu, memilikimu ...

Indah cahyamu...

Kan abadi dalam ingatan, bersama penantian di negeri asmaraloka.....

Sabtu, 21 September 2024

AKHIR SEBUAH CERITA

 



"Sudah di pukul oleh kenyataan tapi tetap erat memeluk harapan."

   Begitulah tulisan ini kumulai. Aku yang telah menumpahkan segala rasa tapi di akhiri dengan kepedihan . Kepedihan yang mungkin tak akan pernah bisa di sembuhkan untuk selamanya. Dia akan tetap membekas laksana goresan pahat di dinding bebatuan. Akan tetap tergores tak pernah hilang di telan zaman.

   Luka ini akan tetap ada dan tak mungkin bisa sembuh dengan sempurna lagi. Walaupun akan ada obatnya, namun hanya akan mengobati sedikit luka saja.

   Penantian panjang ku untuk memiliki taman indah dan ceria, berakhir dengan tumbuhnya ilalang yang daunnya menyayat daging membuat luka.

   Aku tidak tau seperti apa kelak obat untuk luka ini. Apakah akan ada sebuah obat ajaib yang kan menutup luka atau hanya akan ada luka baru yang lebih menganga.

   Sayatan daun ilalang seakan berbisa laksana racun kobra yang menghentikan detak jantung . Menjalar ke sekujur tubuh melumpuhkan saraf membuatku mati rasa.

   Aku, aku yang di pukul kenyataan tapi tetap erat memegang harapan . Tetap berdiri tegak menanti sebuah keajaiban , barangkali akan ada obat penawar luka yang telah sekian kalinya terbuka dan menganga.


   Ya ilahi robby. Tunjukkan jalanmu, kuatkan aku, temani aku ,serta sembuhkan lah aku..

Amiin 

Senin, 05 Agustus 2024

KALIMAT TERAKHIR

 


   Bukan salahmu, bukan salah mereka, tapi ini salahku. Itulah kalimat ungkapan yang terucap dari mulut seseorang yang sedang duduk di sebuah bangku taman. Sambil sesekali menarik nafas dalam dalam, dia memandangi langit yang kian beradu dengan pancaran senja di langit barat.

   Seolah olah berbicara dengan dirinya sendiri, dia terus membayangkan seorang perempuan yang jauh di seberang sana. Masih terbayang di angan angannya akan suara dan rona wajah ayunya . Lalu ia mulai berangan angan dan berandai andai dalam pikirannya. Menciptakan dan merancang satu kondisi dan keadaan yang membuatnya duduk bersama dengan gadis pujaannya. Melepas rindu dan menikmati masa dan waktu dengan alunan musik jazz, sehingga bertambah romantislah suasannya.  

  Tapi tiba tiba dia tersadarkan oleh seekor burung yang terjatuh di hadapannya. Lalu entah sebab apa burung itu terdiam sejenak dan lalu terbang menjauh serta menghilang di balik rimbunnya pohon pohon Cemara. Hmmmmm.. bukan salahmu, bukan salah mereka, ini salahku, gumamnya lagi. Sambil mencoba bangkit dari bangku taman yang sekian lama dia duduki.

  Laki laki itupun pergi bergegas berjalan menjauhi taman. Sambi berjalan seakan penuh keengganan untuk melangkahkan kaki, dia terus mengulang ulang perkataanya yakni ,bukan salahnya,bukan salah mereka, tapi ini salahku. 

  Setelah berjalan cukup jauh menjauhi taman, laki laki itupun menghampiri sebuah sepeda motornya lalu menaikinya dengan tatapan hampa . 

  Sepanjang perjalanan, dia mencoba menghilangkan rasa penat rasa rindu rasa sedih dan rasa bersalah yang seakan menjadi satu dan memenuhi dada dan kepalanya. Dia bernyanyi nyanyi kecil dengan suara yang tidak jelas terdengar di karenakan kebisingan angin dan juga suara yang tidak jelas yang keluar dari mulutnya. 

  Tapi, sesekali terdengar seperti lagu Anima yang berjudul bintang. Dalam perjalan penjang itu, tiba tiba sebuah mobil putih mendadak menerobos dari belakang dengan kecepatan penuh. Laki laki itupun tak luput dari sambaran mobil putih itu.

  Tidak berapa lama berselang, ambulance datang dan mengevakuasi korban kecelakaan itu, tak terkecuali laki laki yang menaiki sepeda motor itu pun di larikan ke rumah sakit terdekat. 

  Laki laki itu menurut kabar yang beredar mengalami pendarahan fatal dan menyebabkan dia tidak sadarkan diri .

  Telah dua hari laki laki itu tak sadarkan diri , beberapa keluarga juga sudah datang menemuinya . Di hari ke tiga, laki laki itupun tiba tiba bergerak dan mengigau dengan suara yang sulit di dengar. Dalam igauan nya terdengar kata kata " bukan salahmu, bukan salah mereka , ini salahku".  

  Pada pukul lima sore hari, laki laki itu menghembuskan nafas terakhirnya. Keluarga nya berderai air mata melepas kepergiannya. Sampai akhir hayatnya dia masih menyimpan kalimat misterius nya tanpa ada yang tau apa maksudnya .


"Bukan salahmu, bukan salah mereka, ini salahku".

BatuBara

Senin, 05 Agustus 2024

RAGA

RAGA Bukan warna kulit yang membentuk dunia Tetapi warna hati yang menyinarinya. Bukan raga yang memahat cerita Tapi jiwa yang memberi makna...