Tentu..
Kau boleh saja masuk
Masih ada ruang di sela sela butir butir darahku..
Tak hanya ketika rumahku sepi
Angin hanya menyentuh gorden
Laba laba menganyam jaring
Terdengar tetes air kran yang tak ditutup rapat...
Dan dijalan...
Sama sekali tak ada orang atau kendaraan lewat
Tapi juga ketika turun hujan
Air tempias lewat lubang angin
Selokan ribut dan meluap kepekarangan
Genting bocor dan aku capek menggulung kasur dan mengepel lantai
Tentu...
Kau boleh mengalir di sela sela butir darahku
Keluar masuk dinding dinding jantungku
Menyapa setiap sel tubuhku
Tetapi jangan sekali kali berpura pura bertanya
Kapan boleh pergi
Atau seenaknya melupakan percintaan ini
Sampai huruf terakhir sajak ini
Kaulah yang harus bertanggung jawab atas air mataku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar