Saat leikha terlelap,
Laksita melantunkan syair.
" Biarlah matahari terbenam"
"Biarkan saja bintang memudar"
" Langit tinggi kan tetap membiru"
" Pelangi di balik bukit"
" Awan putih, angin semilir"
" Tetap kan ada"
" Menemanimu serta menghiburmu"
" Batu karang di lautan"
" Layar perahu nelayan"
" Ombak berderu memainkan perannya"
Lalu dia menatap wajah leikha
Tak terasa air matanya menetes.
Katanya pada leikha:
Duhai leikha..
Betapa berat jalan panjangmu
Aku melihat telapak kakimu yang berdarah bernanah
Tak cukupkah apa yang kamu terima.
Oh... leikha.
Yakin dan percayalah..
Aku akan selalu ada
Menemanimu
Membimbing mu
Seraya menggandeng tanganmu
Kan ku tuntun dirimu
Sampai pada impianmu
Jika kelak aku tiada
Aku tak tau apa yang kan terjadi padamu
Aku tak tau pada siapa kamu akan mengadu
Pada siapa kamu akan cerita
Yang kutau pasti saat ini hanya aku tempatmu berbagi.
Laksita kembali melantunkan syairnya
"Cakrawala indah
Mata air pegunungan
Dingin malam
Segarkanlah leikha."
Bersambung...
Laksita